Tabanan (Antara Bali) - Sejumlah peternak babi di Kabupaten Tabanan, Bali mulai khawatir dan was-was terhadap munculnya penyakit Maningitis Streptococcus Suis yang menyerang ternak babi di kawasan itu.
"Mencuatnya penyakit tersebut hingga kini belum berdampak terhadap menurunnya harga daging babi, termasuk menjelang hari Raya Galungan dan Kuningan, hari raya besar dalam memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan) yang jatuh pada hari Rabu (5/4)," kata Wakil Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi (Gubi) Bali Nyoman Ariadi di Tabanan Senin.
Ia mengatakan munculnya penyakit Maningitis pada ternak babi membuat peternak menjadi was-was, terutama ancaman terhadap menurunnya harga daging babi.
Upaya pencegahan dan antisipasi penyakit Maningitis Streptococcus Suis telah dilakukan dengan menerapkan standar perawatan terkait kesehatan hewan babi.
Penyakit tersebut hingga saat ini belum berpengaruh terhadap harga jual babi, karena harga babi potong di tingkat peternak masih cukup stabil dengan berada pada kisaran Rp 28 ribu per kg hidup.
Kondisi tersebut terjadi karena penyakit Maningitis masih baru dan belum berdampak pada menurunnya permintaan pasar akan babi, baik itu di kalangan peternak maupun pebisnis kuliner (babi guling).
"Permintaan pasar akan babi, khususnya dalam bentuk bibit mengalami lonjakan yang signifikan sejak awal Januari lalu, karena persiapan menjelang momentum Galungan," ujar Nyoman Ariadi.
Nyoman Ariadi yang juga menjabat Ketua Gubi Kabupaten Tabanan menambahkan meski harga daging babi masih stabil, ke depannya dikhawatirkan penyakit Maningitis bisa memberikan dampak terhadap isu pasar yang mengakibatkan menurunnya harga jual babi di pasaran.
Sementara terkait antisipasi penyakit Maningitis, sebagian besar peternak babi nampaknya sudah memahami benar dengan melakukan pencegahan. Di antaranya menjaga sanitasi kandang melalui biosecurity, kualitas bibit, kualitas pakan, hingga pada pemanfaatan vaksin virus.
"Penyakit Maningitis sebelumnya memang belum pernah terjadi atau baru kali ini muncul kepermukaan. Penyakit Maningitis akibat bakteri yang menyerang babi," ujar Nyoman Ariadi yang memelihara babi sekitar 150 ekor.
Sementara itu Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan Drh. I Made Arya Putra mengungkapkan bakteri Streptococcus suis menular antara babi lewat liur dan kotoran babi yang terinfeksi bakteri.
Oleh sebab itu, langkah antisipasi yang harus dilakukan peternak babi dengan perlakuan intensif pada babi, terutama kebersihan dan sanitasi yang baik serta rutin melakukan penyemprotan disinvektan seminggu sekali.
"Jika babi yang terjangkit bakteri tersebut dikonsumsi olahannya oleh manusia tidak secara matang, maka berisiko terjangkit. Sebab itu, konsumsi olahan babi ini harus melalui proses memasak dengan suhu di atas 56 derajat celsius selama 30 menit," ujar Nyoman Ariadi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Mencuatnya penyakit tersebut hingga kini belum berdampak terhadap menurunnya harga daging babi, termasuk menjelang hari Raya Galungan dan Kuningan, hari raya besar dalam memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan) yang jatuh pada hari Rabu (5/4)," kata Wakil Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi (Gubi) Bali Nyoman Ariadi di Tabanan Senin.
Ia mengatakan munculnya penyakit Maningitis pada ternak babi membuat peternak menjadi was-was, terutama ancaman terhadap menurunnya harga daging babi.
Upaya pencegahan dan antisipasi penyakit Maningitis Streptococcus Suis telah dilakukan dengan menerapkan standar perawatan terkait kesehatan hewan babi.
Penyakit tersebut hingga saat ini belum berpengaruh terhadap harga jual babi, karena harga babi potong di tingkat peternak masih cukup stabil dengan berada pada kisaran Rp 28 ribu per kg hidup.
Kondisi tersebut terjadi karena penyakit Maningitis masih baru dan belum berdampak pada menurunnya permintaan pasar akan babi, baik itu di kalangan peternak maupun pebisnis kuliner (babi guling).
"Permintaan pasar akan babi, khususnya dalam bentuk bibit mengalami lonjakan yang signifikan sejak awal Januari lalu, karena persiapan menjelang momentum Galungan," ujar Nyoman Ariadi.
Nyoman Ariadi yang juga menjabat Ketua Gubi Kabupaten Tabanan menambahkan meski harga daging babi masih stabil, ke depannya dikhawatirkan penyakit Maningitis bisa memberikan dampak terhadap isu pasar yang mengakibatkan menurunnya harga jual babi di pasaran.
Sementara terkait antisipasi penyakit Maningitis, sebagian besar peternak babi nampaknya sudah memahami benar dengan melakukan pencegahan. Di antaranya menjaga sanitasi kandang melalui biosecurity, kualitas bibit, kualitas pakan, hingga pada pemanfaatan vaksin virus.
"Penyakit Maningitis sebelumnya memang belum pernah terjadi atau baru kali ini muncul kepermukaan. Penyakit Maningitis akibat bakteri yang menyerang babi," ujar Nyoman Ariadi yang memelihara babi sekitar 150 ekor.
Sementara itu Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan Drh. I Made Arya Putra mengungkapkan bakteri Streptococcus suis menular antara babi lewat liur dan kotoran babi yang terinfeksi bakteri.
Oleh sebab itu, langkah antisipasi yang harus dilakukan peternak babi dengan perlakuan intensif pada babi, terutama kebersihan dan sanitasi yang baik serta rutin melakukan penyemprotan disinvektan seminggu sekali.
"Jika babi yang terjangkit bakteri tersebut dikonsumsi olahannya oleh manusia tidak secara matang, maka berisiko terjangkit. Sebab itu, konsumsi olahan babi ini harus melalui proses memasak dengan suhu di atas 56 derajat celsius selama 30 menit," ujar Nyoman Ariadi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017