Denpasar (Antara Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar menggelar Pameran Seni Lukis Tiga Generasi Padangtegal yang menjadi pembuka rangkaian program "Sedulur Air" selama sebelas hari, 10-21 Maret 2017.

"Pameran tersebut menyuguhkan 46 karya rupa dari tiga generasi seniman di Padangtegal, perkampungan seniman Ubud," kata Penata acara tersebut Juwitta K Lasut di Denpasar, Jumat.

Ia mengatakan, seniman tiga generasi melalui karya seni tersebut merespon tematik Air, baik secara simbolis, filosofis maupun cerminan kehidupan sehari-hari masyarakat.

Pameran bersama tersebut dengan kurator Ketut Budiana, I Made Subrata dan I Made Mastra.

Juwitta K Lasut menjelaskan, air merupakan salah satu memori kultural Bali yang memiliki peranan penting dalam tataran keseharian masyarakat, sekaligus secara simbolis dan filosofis.

Sebagai sebuah budaya yang memuliakan air, Bali memandang "toya" dalam aneka perspektif penting: Air mengalir sebagai karunia yang menumbuhkan, menyuburkan sekaligus menyucikan seisi semesta.

Dengan demikian Kehadiran air begitu dipuja dalam berbagai ritual keseharian maupun keagamaan yang menjadi kebutuhan utama setiap kegiatan ritual. Dalam tataran lain, air adalah representasi dari sang Dewata yang termanifestasikan dalam keagungan Dewa Wisnu, yang memelihara seluruh alam semesta.

Juwitta K. Lasut menambahkan, penghormatan terhadap air, yang menghidupi manusia dan makhluk lainnya, diuji oleh arus perubahan yang membutuhkan sikap konkrit atas upaya-upaya pelestariannya.

Selain Pameran Seni Lukis Tiga Generasi Padangtegal, rangkaian program "Sedulur Air" juga mengetengahkan Pementasan "Seni Jantur Panji Udan" oleh Agus Bima Prayitna; Timbang Pandang "Air Dalam Kata dan Rupa".

Selain itu juga menggelar workshop mengenai "Komunitas Air Langit" bersama Romo V. Kirjito serta dialog Bali Tempo Doeloe #16 "Air: Harmoni Bumi dan Diri" yang menayangkan pula film dokumenter Bali 1928.

Selain itu memaknai "Sedulur Air", akan dipertunjukkan Arja Siki bertajuk "Kampanye Calon Gubernur Air" oleh Cok Sawitri menggunakan visual art dan instalatif art oleh Adrian Tan yang merujuk pada "Perayaan Perempuan dan Air".

Pementasan ini menampilkan juga tari "Sesapi Ngundang Ujan" buah cipta koreografer Ida Ayu Arya Satyani.

Sejumlah seniman tiga generasi yang ikut ambil bagian dalam pameran tersebut Dewa Ketut Ding (1924), Mangku Wayan Nomer (1932), Ida Bagus Rai (1933), I Wayan Tegun (1936), Ni Luh Siki (1940), I Ketut Rawiasa (1950), Ketut Budiana (1950), Nyoman Suradnya (1951), I Made Subrata (1952), Drs. I Made Subrata, M.Si (1952), I Wayan Sulendra (1954) dan I Made Parna (1955).

Selain itu Nyoman Wardana (1959), Ida Bagus Jembawan (1960), I Wayan Supartama (1962), Ketut Parmita (1963), I Wayan Wartama (1963), I Made Karsa (1964), Nyoman Cheeyork Anna (1966), I Nyoman Darmayasa (1969), I Wayan Mudara (1970), Putra Gunawan (1971), Kadek Suraja (1972), Dewa Gede Artawan (1972), I Nyoman Sudana (1976) dan Ida Bagus Putra Yadnya (1987). (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017