Kuta (Antara Bali) - Tujuh bursa efek dari enam negara di kawasan ASEAN sepakat untuk meningkatkan kerja sama yang saling membangun guna mendongkrak kapitalisasi pasar di kawasan.
"Kami berpikir bagaimana caranya ASEAN sebagai saudara serumpun bisa bekerja sama, berkompetisi tetapi tetap harmoni, kesepakatan yang saling membangun," kata Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio setelah memimpin pertemuan ke-26 CEOs ASEAN di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Jumat.
Tito yang juga sekaligus Chairman of the 26th ASEAN ExchangesCEOs Meeting itu menambahkan jumlah perusahaan yang terdaftar di tujuh bursa efek di enam negara di kawasan Asia Tenggara mencapai sekitar 3.800 perusahaan yang menjadikannya terbesar di dunia.
Bahkan, jika disatukan, lanjut dia, akan melampaui bursa efek di New York, Amerika Serikat atau di Jepang.
Namun, nilai perdagangan pada bursa efek di kawasan ASEAN, kata dia, masih dibawah satu persen, tingkat kapitalisasi pasar hanya mencapai 3,1 persen dan likuiditas yang baru mencapai 40 persen.
Untuk itu, batasan-batasan seperti peraturan antarnegara kini mulai dicarikan solusi agar bursa efek ASEAN itu dapat bekerja sama.
Selain itu, dalam pertemuan tersebut juga disepakati, antara lain memfasilitasi permasalahan yang timbul pada produk di kawasan ASEAN yang terkadang tidak boleh "go public".
Upaya melakukan "cross listing" atau perusahaan asing dapat melantai di bursa negara lain di kawasan ASEAN juga dibahas serta standarisasi dan pengakuan terhadap profesional untuk bisa merambah negara lain satu sama lain.
Terkait "cross listing" yang masih terkendala karena peraturan setiap negara berbeda, Tito menjelaskan hal tersebut masih dapat ditempuh dengan cara lain yakni melalui Sertifikat Penitipan Efek Indonesia atau "Indonesian Depository Receipt" (IDR).
Indonesia dan Malaysia, ucap Tito, telah menandatangani kerja sama bilateral terkait "cross listing" serta adanya evaluasi perdagangan bersama antara Malaysia, Singapura dan Thailand.
"Kami coba listing 10 perusahaan di dua negara dulu, akan bertahap. Kami ingin secepatnya tetapi peraturan akan kami akali dengan listing IDR," imbuh Tito.
Hadir dalam pertemuan tersebut tujuh direktur utama atau perwakilan dari bursa efek di enam negara ASEAN yakni Indonesia, Singapura, Thailand, Filipina, Malaysia dan Vietnam (dua bursa efek). (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Kami berpikir bagaimana caranya ASEAN sebagai saudara serumpun bisa bekerja sama, berkompetisi tetapi tetap harmoni, kesepakatan yang saling membangun," kata Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio setelah memimpin pertemuan ke-26 CEOs ASEAN di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Jumat.
Tito yang juga sekaligus Chairman of the 26th ASEAN ExchangesCEOs Meeting itu menambahkan jumlah perusahaan yang terdaftar di tujuh bursa efek di enam negara di kawasan Asia Tenggara mencapai sekitar 3.800 perusahaan yang menjadikannya terbesar di dunia.
Bahkan, jika disatukan, lanjut dia, akan melampaui bursa efek di New York, Amerika Serikat atau di Jepang.
Namun, nilai perdagangan pada bursa efek di kawasan ASEAN, kata dia, masih dibawah satu persen, tingkat kapitalisasi pasar hanya mencapai 3,1 persen dan likuiditas yang baru mencapai 40 persen.
Untuk itu, batasan-batasan seperti peraturan antarnegara kini mulai dicarikan solusi agar bursa efek ASEAN itu dapat bekerja sama.
Selain itu, dalam pertemuan tersebut juga disepakati, antara lain memfasilitasi permasalahan yang timbul pada produk di kawasan ASEAN yang terkadang tidak boleh "go public".
Upaya melakukan "cross listing" atau perusahaan asing dapat melantai di bursa negara lain di kawasan ASEAN juga dibahas serta standarisasi dan pengakuan terhadap profesional untuk bisa merambah negara lain satu sama lain.
Terkait "cross listing" yang masih terkendala karena peraturan setiap negara berbeda, Tito menjelaskan hal tersebut masih dapat ditempuh dengan cara lain yakni melalui Sertifikat Penitipan Efek Indonesia atau "Indonesian Depository Receipt" (IDR).
Indonesia dan Malaysia, ucap Tito, telah menandatangani kerja sama bilateral terkait "cross listing" serta adanya evaluasi perdagangan bersama antara Malaysia, Singapura dan Thailand.
"Kami coba listing 10 perusahaan di dua negara dulu, akan bertahap. Kami ingin secepatnya tetapi peraturan akan kami akali dengan listing IDR," imbuh Tito.
Hadir dalam pertemuan tersebut tujuh direktur utama atau perwakilan dari bursa efek di enam negara ASEAN yakni Indonesia, Singapura, Thailand, Filipina, Malaysia dan Vietnam (dua bursa efek). (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017