Denpasar (Antara Bali) - Ketua Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia Provinsi Bali Ketut Ardana menilai peningkatan jumlah wisatawan Tiongkok yang berkunjung ke Pulau Dewata menjadi tantangan bagi daerah itu dalam upaya mewujudkan pariwisata yang berkualitas.
"Berbicara tentang `quality tourism` sebenarnya agak bertentangan dengan keinginan pemerintah pusat yang menargetkan 20 juta wisman pada 2019, dan 50 persennya ditumpukan pada Bali," kata Ardana dalam ajang simakrama (temu wicara) Gubernur Bali dengan masyarakat di Denpasar, Sabtu.
Pihaknya tidak memungkiri upaya tercepat untuk mendongkrak kunjungan wisman ke Indonesia adalah mendatangkan wisatawan Tiongkok dan Indonesia.
Bahkan, ujar dia, untuk kunjungan ke Bali saja pada Januari 2017, kedatangan wisatawan Tiongkok sudah 146 ribu lebih dan menggeser posisi Australia yang selama ini di urutan pertama wisman dengan kunjungan terbanyak.
"Pertumbuhan turis Tiongkok akan luar biasa, tetapi bagaimana dengan pariwisata yang berkualitas? Apalagi banyak biro perjalanan wisata (BPW) yang menggunakan pramuwisata tidak berlisensi," ucap Ardana.
Menurut dia, dengan jumlah kedatangan wisatawan yang tinggi, tetapi tidak disertai ketersediaan pramuwisata yang berimbang, sehingga BPW menggunakan dulu orang yang tidak berlisensi supaya bisa menerjemahkan keinginan wisatawan.
"Oleh karena banyak guide yang tidak berlisensi, seringkali mereka memberikan informasi yang berbeda-beda mengenai budaya Bali, bahkan celakanya ada yang salah total dan ini tentu menyedihkan buat kita," ujarnya.
Selain itu, karena mendatangkan pramuwisata dari luar Bali, bukan saja tidak paham dengan budaya Bali, juga mereka banyak yang tidak menggunakan pakaian yang mencirikan identitas Bali padahal itu keharusan sesuai dengan Perda Provinsi Bali No 5 Tahun 2016 tentang Pramuwisata.
Ardana menambahkan, Bali yang sudah sepakat sebagai tujuan pariwisata budaya, semestinya pengetahuan tentang budaya wajib dimiliki.
"Karena pasar Tiongkok yang paling bermasalah belakangan ini, di divisi kami yang khusus membidangi wisatawan Tiongkok sejak beberapa lalu juga sudah melakukan sejumlah perbaikan," katanya.
Bahkan pada Maret mendatang dijadwalkan pelatihan bagi pramuwisata yang sudah berlisensi yang bekerja di BPW terkait penyeragaman informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan budaya Bali. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Berbicara tentang `quality tourism` sebenarnya agak bertentangan dengan keinginan pemerintah pusat yang menargetkan 20 juta wisman pada 2019, dan 50 persennya ditumpukan pada Bali," kata Ardana dalam ajang simakrama (temu wicara) Gubernur Bali dengan masyarakat di Denpasar, Sabtu.
Pihaknya tidak memungkiri upaya tercepat untuk mendongkrak kunjungan wisman ke Indonesia adalah mendatangkan wisatawan Tiongkok dan Indonesia.
Bahkan, ujar dia, untuk kunjungan ke Bali saja pada Januari 2017, kedatangan wisatawan Tiongkok sudah 146 ribu lebih dan menggeser posisi Australia yang selama ini di urutan pertama wisman dengan kunjungan terbanyak.
"Pertumbuhan turis Tiongkok akan luar biasa, tetapi bagaimana dengan pariwisata yang berkualitas? Apalagi banyak biro perjalanan wisata (BPW) yang menggunakan pramuwisata tidak berlisensi," ucap Ardana.
Menurut dia, dengan jumlah kedatangan wisatawan yang tinggi, tetapi tidak disertai ketersediaan pramuwisata yang berimbang, sehingga BPW menggunakan dulu orang yang tidak berlisensi supaya bisa menerjemahkan keinginan wisatawan.
"Oleh karena banyak guide yang tidak berlisensi, seringkali mereka memberikan informasi yang berbeda-beda mengenai budaya Bali, bahkan celakanya ada yang salah total dan ini tentu menyedihkan buat kita," ujarnya.
Selain itu, karena mendatangkan pramuwisata dari luar Bali, bukan saja tidak paham dengan budaya Bali, juga mereka banyak yang tidak menggunakan pakaian yang mencirikan identitas Bali padahal itu keharusan sesuai dengan Perda Provinsi Bali No 5 Tahun 2016 tentang Pramuwisata.
Ardana menambahkan, Bali yang sudah sepakat sebagai tujuan pariwisata budaya, semestinya pengetahuan tentang budaya wajib dimiliki.
"Karena pasar Tiongkok yang paling bermasalah belakangan ini, di divisi kami yang khusus membidangi wisatawan Tiongkok sejak beberapa lalu juga sudah melakukan sejumlah perbaikan," katanya.
Bahkan pada Maret mendatang dijadwalkan pelatihan bagi pramuwisata yang sudah berlisensi yang bekerja di BPW terkait penyeragaman informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan budaya Bali. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017