Jakarta (Antara Bali) - Pemerintah meluncurkan kampanye global
Pembersihan Laut (Global Campaign for Sea Cleaning) di Bali, Kamis, yang
juga sekaligus merupakan pernyataan komitmen Indonesia dalam upaya
membersihkan dari berbagai jenis sampah.
Menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, dalam keterangan tertulisnya, pada peluncuran kampanye ini, Indonesia juga akan menyatakan secara rinci apa yang menjadi komitmen Indonesia dalam pembersihan laut.
Dan tanggal 27 Februari 2017 juga akan dilakukan loka karya mengenai sampah lautan, di mana Indonesia akan belajar bersama negara Denmark, Korea Selatan, India dan Jepang. "Intinya adalah belajar dari referensi internasional, dan membawanya ke ranah lokal Indonesia".
Ia juga menjelaskan Kementeriannya akan mengundang bupati dan wali kota yang kota-kotanya adalah kota pantai, atau kota muara pantai untuk bergabung menyelamatkan laut dari sampah. Karena pada 28 Februari 2017, rencananya juga akan dilanjutkan dengan pembersihan laut dan pantai serentak.
Kegiatan kampanye global untuk Pembersihan Laut rencananya akan dihadiri oleh Direktur Eksekutif UNEP, Menteri Kordinator Bidang Kemaritiman, Menteri LHK, Menteri Kelautan dan Perikanan dan Gubernur Bali.
Sebelumnya, pada pertemuan dengan Komisioner Uni Eropa bidang Lingkungan, Maritim dan Perikanan Karmenu Vella, Rabu (22/2), disepakati Indonesia menjadi tuan rumah bagi Economic Ocean Summit tahun 2018. Kedua belah pihak, Indonesia-UE, akan membicarakan hal-hal yang terkait tata kelola laut, mulai dari sisi ekonominya hingga dampak lingkungan di sektor kelautan, juga mengenai penangkapan ikan ilegal.
Dalam upaya mengatasi limbah ataupun sampah pada kesempatan sama Siti menjelaskan tentang sirkular ekonomi di mana Indonesia sudah memiliki pionir di bidang ini, yaitu korporasi-korporasi yang sadar akan pentingnya pengelolaan limbah mereka. Korporasi-korporasi ini tergabung dalam sebuah aliansi yang bernama Aliansi untuk Kemasan dan Daur Ulang bagi Lingkungan Indonesia yang Berkelanjutan (Packaging and Recycle Alliance for Sustainable Environment/PRAISE).
Ia mencontohkan sirkular ekonomi yang telah dilakukan dengan memanfaatkan limbah kemasan botol air dalam kemasan yang diolah dan seratnya dijadikan serat baju dan jadi produk baru. "Padahal materialnya berasal dari satu produk yang sudah jadi sebelumnya".
Baik Siti maupun Karmenu Vella mengatakan sirkular ekonomi ini adalah salah satu skema, dan modul ekonomi yang baik dalam perdagangan global dengan nilai tambah menjaga lingkungan hidup.
Pertemuan dengan Karmenu juga membahas tentang pengembangan dan pencapaian lisensi FLEGT dalam upaya mempromosikan perdagangan kayu legal dan melawan pembalakan liar dan target pencapaian kontribusi yang ditetapkan secara nasional (Nationally Determined Contribution/NDC) untuk penurunan emisi Gas Rumah Kaca sesuai dengan apa yang disepakati dalam Paris Agreement. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
Menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, dalam keterangan tertulisnya, pada peluncuran kampanye ini, Indonesia juga akan menyatakan secara rinci apa yang menjadi komitmen Indonesia dalam pembersihan laut.
Dan tanggal 27 Februari 2017 juga akan dilakukan loka karya mengenai sampah lautan, di mana Indonesia akan belajar bersama negara Denmark, Korea Selatan, India dan Jepang. "Intinya adalah belajar dari referensi internasional, dan membawanya ke ranah lokal Indonesia".
Ia juga menjelaskan Kementeriannya akan mengundang bupati dan wali kota yang kota-kotanya adalah kota pantai, atau kota muara pantai untuk bergabung menyelamatkan laut dari sampah. Karena pada 28 Februari 2017, rencananya juga akan dilanjutkan dengan pembersihan laut dan pantai serentak.
Kegiatan kampanye global untuk Pembersihan Laut rencananya akan dihadiri oleh Direktur Eksekutif UNEP, Menteri Kordinator Bidang Kemaritiman, Menteri LHK, Menteri Kelautan dan Perikanan dan Gubernur Bali.
Sebelumnya, pada pertemuan dengan Komisioner Uni Eropa bidang Lingkungan, Maritim dan Perikanan Karmenu Vella, Rabu (22/2), disepakati Indonesia menjadi tuan rumah bagi Economic Ocean Summit tahun 2018. Kedua belah pihak, Indonesia-UE, akan membicarakan hal-hal yang terkait tata kelola laut, mulai dari sisi ekonominya hingga dampak lingkungan di sektor kelautan, juga mengenai penangkapan ikan ilegal.
Dalam upaya mengatasi limbah ataupun sampah pada kesempatan sama Siti menjelaskan tentang sirkular ekonomi di mana Indonesia sudah memiliki pionir di bidang ini, yaitu korporasi-korporasi yang sadar akan pentingnya pengelolaan limbah mereka. Korporasi-korporasi ini tergabung dalam sebuah aliansi yang bernama Aliansi untuk Kemasan dan Daur Ulang bagi Lingkungan Indonesia yang Berkelanjutan (Packaging and Recycle Alliance for Sustainable Environment/PRAISE).
Ia mencontohkan sirkular ekonomi yang telah dilakukan dengan memanfaatkan limbah kemasan botol air dalam kemasan yang diolah dan seratnya dijadikan serat baju dan jadi produk baru. "Padahal materialnya berasal dari satu produk yang sudah jadi sebelumnya".
Baik Siti maupun Karmenu Vella mengatakan sirkular ekonomi ini adalah salah satu skema, dan modul ekonomi yang baik dalam perdagangan global dengan nilai tambah menjaga lingkungan hidup.
Pertemuan dengan Karmenu juga membahas tentang pengembangan dan pencapaian lisensi FLEGT dalam upaya mempromosikan perdagangan kayu legal dan melawan pembalakan liar dan target pencapaian kontribusi yang ditetapkan secara nasional (Nationally Determined Contribution/NDC) untuk penurunan emisi Gas Rumah Kaca sesuai dengan apa yang disepakati dalam Paris Agreement. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017