Gianyar (Antara Bali) - Berdasarkan tema "Karma Tanpa Pale AKU Palania" (berbuat dengan ketulusan tanpa mengharapkan imbalan, karena berbuat dengan ketulusan tanpa mengharapkan hasil merupakan ketulusan yang abadi). Sanggar Widya Buana Aga Desa Belega Blahbatuh bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar, berupaya mengajegkan seni dan budaya Bali dengan menggelar  Gebyar Tari Bali ke-X , Minggu (19/2).

Berdasarkan niat tulus dan tanpa pamrih inilah, akhirnya Sanggar Widya Buana Aga berhasil mengadakan gebyar tari Bali yang ke 10 kalinya. Seperti ditegaskan pemilik Sanggar Widya Buana Aga, Koming Elen Juniadi, SE, Sanggar Buana Aga sudah berusia hampir 12 tahun, dan sudah mampu secara rutin menggelar lomba tari melalui event Gebyar Tari Bali.

Sedari awal tujuan gebyar tari Bali ini lebih ditekankan pada upaya pelestarian seni dan budaya Bali khususnya seni tari. Karena upaya pelestarian seni dan budaya, tidak semata-mata tugas pemerintah dan pelaku seni semata. Namun juga generasi muda yang sejak kecil sudah harus dikenalkan bagaimana caranya melestarikan budaya milik kita sendiri.

"Gebyar ini juga kami harapkan mampu menjadi wadah, generasi muda untuk mengekspresikan kreativitas mereka dibidang seni tari," tegas Koming Elen.

Dijelaskan juga, lomba tari kali ini dibagi atas tiga katagori, yaitu katagori A untuk peserta usia 6 tahun s/d 9tahun dan 7 tahun s/d 12 tahun untuk jenis tarian Puspanjali dan tari Baris Tunggal (2 babak). Katagori B untuk peserta dengan usia 9 tahun s/d 14 tahun dengan jenis tarian yang dilombakan tari Condong dan tari Margapati. Sedangkan katagori C diikuti oleh peserta usia 13 tahun s/d 14 tahun untuk katagori tari Oleg dan Tari Jauk Manis. Total peserta yang ikut lomba pada Gebyar Tari Bali ke-X kali ini sekitar 318 orang.

Sementara itu Bupati Gianyar yang dalam kesempatan itu diwakili oleh  Kepala Dinas Kebudayaan Gianyar IGN. Wijana memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya atas upaya yang dilakukan Sanggar Widya Buana Aga dalam upaya pelestarian seni dan budaya khususnya di bidang tari Bali.

Apalagi dalam lomba kali ini peserta lebih dikhususkan pada anak-anak. Hal ini sangat penting, mengingat gempuran teknologi modern kadang membawa dampak yang tidak baik bagi anak. Anak terbiasa dengan gadget dan segala aplikasi permainannya. Namun, dengan mereka aktif kegiatan menari minimal mereka tahu seni budaya mereka sendiri, aktivitas olah tubuh melalui tarian dan memahami filosofi taupun makna dari tarian yang mereka pelajari.

Pada kesempatan itu IGN Wijana juga menegaskan pada pelaku seni dan pemilik sanggar, agar kedepan mereka tidak lagi menggunakan kata sanggar untuk perkumpulan tari yang mereka kelola. Namun sebaiknya kata sanggar diubah menjadi 'kelompok seni' karena ini yang tercamtum dalam peraturan bupati. Hal ini penting dalam upaya permohonan bantuan atau dana hibah.

Tampil sebagai dewan juri pada kesempatan lomba tersebuat adalah I Gede Oka Surya Negara,SST.MS.n, Ni Nyoman Kasih, SST. MS.n dan I Kadek Oleh Sugiarta,SS.n. (*)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017