Negara (Antara Bali) - Saat paceklik ikan, nelayan di Desa Pengambengan, Kabupaten Jembrana mencari keong mas sebagai penghasilan tambahan, selain kerja serabutan lainnya.
"Keong mas hasil tangkapan kami dijual kepada pengepul di kampung sini. Katanya daging keong mas itu dikirim ke Denpasar," kata Ali, yang mencari keong mas bersama Ika, isterinya, Jumat.
Selain kepada pengepul, ia mengatakan, pesanan juga banyak datang dari perorangan dengan harga jual yang lebih mahal dibandingkan ke pengepul.
Menurutnya, harga keong mas ini tidak bisa dipatok, karena tergantung banyak atau sedikitnya keberadaan hewan ini di areal persawahan dan sungai.
"Sekarang harganya naik karena sudah mulai sulit orang mencarinya. Sekilo daging bersihnya bisa Rp10 ribu," kata Ika.
Ia mengatakan, untuk mencari keong mas, ia bersama tetangga-tetangganya berkeliling ke areal persawahan di Desa Pengambengan dan sekitarnya, hingga ke pinggiran Kota Negara seperti persawahan dan sungai di Desa Baluk, Budeng dan Dauhwaru yang berjarak sekitar 10 kilometer dari Pengambengan.
Karena merupakan hama bagi tanaman padi, menurutnya, petani yang kedatangan pencari keong mas justru senang dan menunjukkan lokasi keberadaan binatang tersebut.
"Paceklik ikan yang sekarang, suami saya bekerja sebagai buruh membuat bata merah. Mencari keong mas ini hanya sebagai tambahan penghasilan, karena juga musiman," katanya.
Menurutnya, keong mas yang terkumpul, dipecah cangkangnya kemudian diambil daging dan dibersihkan baru dibawa ke pengepul.
Asma, seorang warga Dusun Munduk, Desa Pengambengan yang tempat tinggalnya di dekat areal persawahan yang tidak tahu keong mas bisa dijual mengaku kaget saat melihat puluhan orang di sekitar rumahnya.
"Ternyata orang-orang itu mencari keong mas. Mau ikut sudah terlambat, kalah cepat menghabiskan keong mas dengan mereka," katanya.
Nelayan di Desa Pengambengan dan sekitarnya, sudah sekitar delapan bulan terakhir mengalami paceklik ikan, sehingga mereka bekerja serabutan seperti menjadi buruh bangunan, membuat bata merah hingga mencari keong mas.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Keong mas hasil tangkapan kami dijual kepada pengepul di kampung sini. Katanya daging keong mas itu dikirim ke Denpasar," kata Ali, yang mencari keong mas bersama Ika, isterinya, Jumat.
Selain kepada pengepul, ia mengatakan, pesanan juga banyak datang dari perorangan dengan harga jual yang lebih mahal dibandingkan ke pengepul.
Menurutnya, harga keong mas ini tidak bisa dipatok, karena tergantung banyak atau sedikitnya keberadaan hewan ini di areal persawahan dan sungai.
"Sekarang harganya naik karena sudah mulai sulit orang mencarinya. Sekilo daging bersihnya bisa Rp10 ribu," kata Ika.
Ia mengatakan, untuk mencari keong mas, ia bersama tetangga-tetangganya berkeliling ke areal persawahan di Desa Pengambengan dan sekitarnya, hingga ke pinggiran Kota Negara seperti persawahan dan sungai di Desa Baluk, Budeng dan Dauhwaru yang berjarak sekitar 10 kilometer dari Pengambengan.
Karena merupakan hama bagi tanaman padi, menurutnya, petani yang kedatangan pencari keong mas justru senang dan menunjukkan lokasi keberadaan binatang tersebut.
"Paceklik ikan yang sekarang, suami saya bekerja sebagai buruh membuat bata merah. Mencari keong mas ini hanya sebagai tambahan penghasilan, karena juga musiman," katanya.
Menurutnya, keong mas yang terkumpul, dipecah cangkangnya kemudian diambil daging dan dibersihkan baru dibawa ke pengepul.
Asma, seorang warga Dusun Munduk, Desa Pengambengan yang tempat tinggalnya di dekat areal persawahan yang tidak tahu keong mas bisa dijual mengaku kaget saat melihat puluhan orang di sekitar rumahnya.
"Ternyata orang-orang itu mencari keong mas. Mau ikut sudah terlambat, kalah cepat menghabiskan keong mas dengan mereka," katanya.
Nelayan di Desa Pengambengan dan sekitarnya, sudah sekitar delapan bulan terakhir mengalami paceklik ikan, sehingga mereka bekerja serabutan seperti menjadi buruh bangunan, membuat bata merah hingga mencari keong mas.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017