Denpasar (Antara Bali) - Juru Bicara Front Pembela Islam (FPI), Munarman memenuhi panggilan Polda Bali, karena diduga memfitnah petugas keamanan desa adat (Pecalang) saat berkunjung ke salah satu stasiun tv swasta.
"Munarman datang pukul 10.45 Wita didampingi oleh tim kuasa hukumnya sebanyak 13 orang langsung menuju ruangan Reskrimsus Polda Bali," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Bali, Ajun Komisaris Besar Polisi Hengky Widjaja di Denpasar, Senin.
Ia menjelaskan bahwa Munarman akan dicecar dengan 25 pertanyaan, namun mungkin masih akan terus dikembangkan.
Pihaknya belum bisa memastikan jam berapa selesai pemeriksaan Jubir FPI tersrbut.
Namun karena jam 12.30 Wita salat Dzohor dan istirahat makan siang akan dilanjutkan setelah itu.
Pihaknya membantah pemeriksaan Jubir FPI itu diistimewakan. "Tidak ada yang istimewa, karena ruangannya sempit maka tidak semua bisa masuk," ujarnya.
Dia menjelaskan polisi menggunakan pasal 28 ayat 2 Juncto Pasal 45 a ayat 2 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dan atau pasal 156 KUHP.
Polisi memasukkan laporan itu ke dalam kasus ujaran kebencian dengan ancaman hukuman yang dapat diterapkan, lanjut dia, di atas tujuh tahun penjara.
Hengky menjelaskan meski peristiwa dugaan fitnah tersebut terjadi di Jakarta namun, kalau menyangkut UU ITE, terlapor bisa dipanggil ke Bali untuk diperiksa.
"Kami tetap akan mengumpulkan alat bukti dan proses lebih lanjut," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Munarman datang pukul 10.45 Wita didampingi oleh tim kuasa hukumnya sebanyak 13 orang langsung menuju ruangan Reskrimsus Polda Bali," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Bali, Ajun Komisaris Besar Polisi Hengky Widjaja di Denpasar, Senin.
Ia menjelaskan bahwa Munarman akan dicecar dengan 25 pertanyaan, namun mungkin masih akan terus dikembangkan.
Pihaknya belum bisa memastikan jam berapa selesai pemeriksaan Jubir FPI tersrbut.
Namun karena jam 12.30 Wita salat Dzohor dan istirahat makan siang akan dilanjutkan setelah itu.
Pihaknya membantah pemeriksaan Jubir FPI itu diistimewakan. "Tidak ada yang istimewa, karena ruangannya sempit maka tidak semua bisa masuk," ujarnya.
Dia menjelaskan polisi menggunakan pasal 28 ayat 2 Juncto Pasal 45 a ayat 2 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dan atau pasal 156 KUHP.
Polisi memasukkan laporan itu ke dalam kasus ujaran kebencian dengan ancaman hukuman yang dapat diterapkan, lanjut dia, di atas tujuh tahun penjara.
Hengky menjelaskan meski peristiwa dugaan fitnah tersebut terjadi di Jakarta namun, kalau menyangkut UU ITE, terlapor bisa dipanggil ke Bali untuk diperiksa.
"Kami tetap akan mengumpulkan alat bukti dan proses lebih lanjut," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017