Negara (Antara Bali) - Yusuf Akbar, balita berusia sekitar dua-setengah tahun, ditemukan tewas diduga akibat hanyut di saluran air daerah Loloan Timur, Negara, Kabupaten Jembrana, Sabtu pagi.
Balita warga Lingkungan Ketugtug, Kelurahan Loloan Timur itu diduga jatuh dan terperosok ke saluran pembuangan dan irigasi itu saat bermain-main di pinggirnya.
Di sela-sela kedatangan polisi untuk mengetahui penyebab kematian korban, Ahmad Robani Hamzah, ayah Yusuf Akbar yang dalam kondisi sakit, terlihat begitu terpukul atas musibah yang tidak diduga-duga tersebut.
Kejadian itu diketahui beberapa saat setelah ibu korban dari dalam rumah membawa baju untuk mengganti pakaian anak bungsunya tersebut yang sebelumnya bermain di halaman rumah.
"Saat ibunya membawa baju keluar dari dalam rumah, Yusuf sudah tidak ada. Dicari keluar halaman juga tidak ada," kata Ahmad.
Ahmad lantas mencari di sekitar rumahnya termasuk ke tempat Sumiati, tempat Yusuf dititipkan jika kedua orang tuanya sedang bekerja.
Ahmad mengaku, sambil mencari itu firasatnya sudah tidak enak dan ada rasa khawatir anaknya jatuh ke saluran air yang tepat berada di depan rumahnya.
Karena itu usai dari rumah Sumiati ia menelusuri aliran air saluran pembuangan tersebut hingga beberapa ratus meter dari rumahnya.
Tidak ketemu, Ahmad kembali pulang dan tidak berapa lama kemudian ia mendengar ada warga menemukan mayat bocah di saluran air berjarak sekitar 600 meter dari rumah Ahmad.
"Langsung saja saya ke lokasi yang dikatakan warga dan ternyata itu memang anak saya," ujarnya sedih.
Hanyutnya balita ini membuat warga Kelurahan Loloan Timur di sekitar rumah Yusuf maupun di lokasi kejadian menjadi gempar.
Jenasah Yusuf sendiri tidak dibawa ke tempat selama ini ia tinggal di Jalan Gunung Semeru No.8, tapi disemanyamkan di rumah keluarganya di Lingkungan Loloan Timur.
"Saya memang asal sini, di Lingkungan Ketugtug itu rumah kontrakan. Karenanya jenasah Yusuf kami bawa ke sini," kata Ahmad.
Menurut dia, sehari-hari Yusuf memang sering main di pinggiran saluran air tersebut. "Biasanya selalu ada yang mengawasi, kalau tidak saya ya kakaknya," ucapnya.
Saat hari naas itu, Ahmad sedang sakit dan kakaknya sekolah, sehingga tidak ada yang menjaga.
Kesia Puriningsih, ibu Yusuf, tampak sangat terpukul, hingga sulit diajak berbicara. Dia lebih banyak bengong dengan tatapan kosong.
Kesedihan serupa juga dirasakan Sumiati dan suaminya yang selama ini mengasuh balita tersebut.
"Bagaimana tidak sedih, lha dari umur dua bulan kami yang ngasuhnya. Tadi pagi saat isteri saya ke pasar juga sempat mampir ke rumahnya dan menggendong sebentar, tahu-tahu saya dengar Yusuf tewas tenggelam," kata Ar, suami Sumiati.
Saluran air itu lebarnya sekitar dua meter dan saat kejadian air mengalir cukup deras dengan kedalaman hampir satu meter.
"Biasanya meski malam hujan saat pagi airnya sudah surut, paling hanya setinggi mata kaki. Tapi sudah dua hari ini airnya terus deras dan dalam," kata Lurah Loloan Timur, Azahari.
Untuk memastikan penyebab kematian Yusuf, pihak kepolisian mendatangkan dokter guna melakukan pemeriksaan jenazah korban.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
Balita warga Lingkungan Ketugtug, Kelurahan Loloan Timur itu diduga jatuh dan terperosok ke saluran pembuangan dan irigasi itu saat bermain-main di pinggirnya.
Di sela-sela kedatangan polisi untuk mengetahui penyebab kematian korban, Ahmad Robani Hamzah, ayah Yusuf Akbar yang dalam kondisi sakit, terlihat begitu terpukul atas musibah yang tidak diduga-duga tersebut.
Kejadian itu diketahui beberapa saat setelah ibu korban dari dalam rumah membawa baju untuk mengganti pakaian anak bungsunya tersebut yang sebelumnya bermain di halaman rumah.
"Saat ibunya membawa baju keluar dari dalam rumah, Yusuf sudah tidak ada. Dicari keluar halaman juga tidak ada," kata Ahmad.
Ahmad lantas mencari di sekitar rumahnya termasuk ke tempat Sumiati, tempat Yusuf dititipkan jika kedua orang tuanya sedang bekerja.
Ahmad mengaku, sambil mencari itu firasatnya sudah tidak enak dan ada rasa khawatir anaknya jatuh ke saluran air yang tepat berada di depan rumahnya.
Karena itu usai dari rumah Sumiati ia menelusuri aliran air saluran pembuangan tersebut hingga beberapa ratus meter dari rumahnya.
Tidak ketemu, Ahmad kembali pulang dan tidak berapa lama kemudian ia mendengar ada warga menemukan mayat bocah di saluran air berjarak sekitar 600 meter dari rumah Ahmad.
"Langsung saja saya ke lokasi yang dikatakan warga dan ternyata itu memang anak saya," ujarnya sedih.
Hanyutnya balita ini membuat warga Kelurahan Loloan Timur di sekitar rumah Yusuf maupun di lokasi kejadian menjadi gempar.
Jenasah Yusuf sendiri tidak dibawa ke tempat selama ini ia tinggal di Jalan Gunung Semeru No.8, tapi disemanyamkan di rumah keluarganya di Lingkungan Loloan Timur.
"Saya memang asal sini, di Lingkungan Ketugtug itu rumah kontrakan. Karenanya jenasah Yusuf kami bawa ke sini," kata Ahmad.
Menurut dia, sehari-hari Yusuf memang sering main di pinggiran saluran air tersebut. "Biasanya selalu ada yang mengawasi, kalau tidak saya ya kakaknya," ucapnya.
Saat hari naas itu, Ahmad sedang sakit dan kakaknya sekolah, sehingga tidak ada yang menjaga.
Kesia Puriningsih, ibu Yusuf, tampak sangat terpukul, hingga sulit diajak berbicara. Dia lebih banyak bengong dengan tatapan kosong.
Kesedihan serupa juga dirasakan Sumiati dan suaminya yang selama ini mengasuh balita tersebut.
"Bagaimana tidak sedih, lha dari umur dua bulan kami yang ngasuhnya. Tadi pagi saat isteri saya ke pasar juga sempat mampir ke rumahnya dan menggendong sebentar, tahu-tahu saya dengar Yusuf tewas tenggelam," kata Ar, suami Sumiati.
Saluran air itu lebarnya sekitar dua meter dan saat kejadian air mengalir cukup deras dengan kedalaman hampir satu meter.
"Biasanya meski malam hujan saat pagi airnya sudah surut, paling hanya setinggi mata kaki. Tapi sudah dua hari ini airnya terus deras dan dalam," kata Lurah Loloan Timur, Azahari.
Untuk memastikan penyebab kematian Yusuf, pihak kepolisian mendatangkan dokter guna melakukan pemeriksaan jenazah korban.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011