Negara (Antara Bali) - Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Jembrana turun separuh pada tahun 2016, setelah perairan Selat Bali mengalami paceklik ikan sekitar 8 bulan terakhir.
"Dibandingkan hasil tangkapan tahun 2015, pada tahun 2016 tangkapan ikan nelayan turun sekitar 50 persen lebih," kata Kepala Seksi Tata Kelola Dan Pelayanan Usaha, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan Bagus Sudananjaya, Rabu.
Ia mengatakan, pada tahun 2015 hasil tangkapan ikan nelayan mencapai 17 ribu ton, sementara sepanjang tahun 2016 hanya 7 ribu ton dengan nilai jual Rp34,6 miliar.
Menurutnya, tangkapan ikan di Selat Bali didominasi ikan jenis lemuru, yang digunakan sebagai bahan utama pembuatan sarden oleh pabrik-pabrik yang banyak terdapat di Desa Pengambengan, Kecamatan Negara.
Disinggung penyebab turunnya hasil tangkapan tersebut, ia mengaku, pihaknya tidak tahu pasti, hanya menduga disebabkan cuaca ekstrem yang terjadi sejak pertengahan tahun 2016.
Ia mengatakan, antara bulan Maret hingga Juli 2016 hasil tangkapan ikan sempat naik, namun langsung turun drastis saat memasuki bulan Agustus hingga saat ini.
"Karena tidak mendapatkan ikan, banyak nelayan yang libur, atau kerja hanya beberapa hari dalam satu bulan. Biasanya nelayan sini bekerja sekitar 20 hari, yaitu saat gelap bulan, dan libur saat purnama," katanya.
Arman dan Madek, salah seorang anak buah perahu selerek, jenis perahu yang paling banyak digunakan nelayan di Desa Pengambengan dan sekitarnya mengatakan, mereka hanya bisa menunggu hingga ada ikan lagi di Selat Bali.
Menurut mereka, saat gelap bulan, dari ratusan perahu selerek yang berlabuh di PPN Pengambengan dan muara Desa Perancak, biasanya ada dua atau tiga unit yang mencoba untuk melaut.
"Kalau mereka mendapatkan ikan, biasanya perahu-perahu yang lain menyusul untuk melaut. Tapi sekitar delapan bulan terakhir, saat melaut, perahu kami lebih banyak kosongnya daripada isi," kata Madek.
Perahu selerek yang berjalan berpasangan, mampu menampung 30 hingga 40 nelayan, yang bekerja sepanjang malam mencari ikan lemuru dan tongkol hingga ke perairan di Kabupaten Tabanan dan Badung.
Dalam kondisi paceklik ikan di Selat Bali, beberapa diantaranya nekat berangkat ke perairan Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Tiimur saat mendengar di wilayah itu nelayan setempat mendapatkan ikan.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Dibandingkan hasil tangkapan tahun 2015, pada tahun 2016 tangkapan ikan nelayan turun sekitar 50 persen lebih," kata Kepala Seksi Tata Kelola Dan Pelayanan Usaha, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan Bagus Sudananjaya, Rabu.
Ia mengatakan, pada tahun 2015 hasil tangkapan ikan nelayan mencapai 17 ribu ton, sementara sepanjang tahun 2016 hanya 7 ribu ton dengan nilai jual Rp34,6 miliar.
Menurutnya, tangkapan ikan di Selat Bali didominasi ikan jenis lemuru, yang digunakan sebagai bahan utama pembuatan sarden oleh pabrik-pabrik yang banyak terdapat di Desa Pengambengan, Kecamatan Negara.
Disinggung penyebab turunnya hasil tangkapan tersebut, ia mengaku, pihaknya tidak tahu pasti, hanya menduga disebabkan cuaca ekstrem yang terjadi sejak pertengahan tahun 2016.
Ia mengatakan, antara bulan Maret hingga Juli 2016 hasil tangkapan ikan sempat naik, namun langsung turun drastis saat memasuki bulan Agustus hingga saat ini.
"Karena tidak mendapatkan ikan, banyak nelayan yang libur, atau kerja hanya beberapa hari dalam satu bulan. Biasanya nelayan sini bekerja sekitar 20 hari, yaitu saat gelap bulan, dan libur saat purnama," katanya.
Arman dan Madek, salah seorang anak buah perahu selerek, jenis perahu yang paling banyak digunakan nelayan di Desa Pengambengan dan sekitarnya mengatakan, mereka hanya bisa menunggu hingga ada ikan lagi di Selat Bali.
Menurut mereka, saat gelap bulan, dari ratusan perahu selerek yang berlabuh di PPN Pengambengan dan muara Desa Perancak, biasanya ada dua atau tiga unit yang mencoba untuk melaut.
"Kalau mereka mendapatkan ikan, biasanya perahu-perahu yang lain menyusul untuk melaut. Tapi sekitar delapan bulan terakhir, saat melaut, perahu kami lebih banyak kosongnya daripada isi," kata Madek.
Perahu selerek yang berjalan berpasangan, mampu menampung 30 hingga 40 nelayan, yang bekerja sepanjang malam mencari ikan lemuru dan tongkol hingga ke perairan di Kabupaten Tabanan dan Badung.
Dalam kondisi paceklik ikan di Selat Bali, beberapa diantaranya nekat berangkat ke perairan Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Tiimur saat mendengar di wilayah itu nelayan setempat mendapatkan ikan.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017