Negara (Antara Bali) - Paceklik ikan di Kabupaten Jembrana belum berakhir, meskipun tidak berdampak signifikan terhadap perekonomian secara umum, namun pedagang pasar merasakan omzet penjualannya menurun.

"Memang paceklik ikan secara umum tidak berpengaruh signifikan terhadap perekonomian Kabupaten Jembrana, tapi pedagang-pedagang di pasar-pasar tradisional khususnya di Kota Negara mengalami penurunan penjualan," kata Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan Dan Koperasi Jembrana Made Sudantra, di Negara, Senin.

Ia mengatakan, perputaran uang di pesisir cukup besar dan menyerap tenaga kerja yang banyak, sehingga saat paceklik berpengaruh terhadap daya beli ribuan warga yang mencari nafkah di sana.

Pada akhir dan awal tahun saat anggaran pemerintah tutup buku dan yang baru belum bisa digunakan, menurutnya, kesan kondisi ekonomi lesu semakin terasa, karena anggaran dari pemerintah salah satu penopang perekonomian.

"Total anggaran Pemkab Jembrana Rp1 triliun lebih untuk satu tahun, berarti setiap bulan rata-rata hampir Rp100 miliar uang pemerintah yang mengalir untuk gaji pegawai maupun pembangunan. Dengan anggaran sebesar itu, sangat berpengaruh terhadap perekonomian daerah," katanya.

Paceklik ikan di Kabupaten Jembrana, sudah berlangsung hampir delapan bulan, yang dari perkiraan Balai Konservasi Sumber Daya Kelautan (SEARCOM) akan berlangsung hingga bulan Maret 2017.

Nelayan yang sebagian besar melaut dengan menggunakan perahu selerek untuk mencari ikan jenis lemuru dan tongkol, saat ini bekerja serabutan untuk menafkahi keluarganya.

Madek, salah seorang nelayan mengatakan, meskipun paceklik, nelayan masih mencoba melaut namun hasilnya memang tidak memadai, bahkan seringkali rugi dibandingkan biaya operasional yang mereka keluarkan.

"Saat paceklik seperti sekarang, mendapatkan ikan dua ton saja sudah syukur. Biasanya, kalau lagi ramai bisa mendapatkan puluhan ton," katanya.

Arman, nelayan lainnya mengatakan, dirinya memilih libur melaut karena tidak pernah mendapatkan hasil, dan memilih bekerja serabutan.

Menurutnya, meskipun tidak banyak, nelayan yang menggunakan sampan fiber masih bisa mendapatkan hasil, karena nelayan sampan jenis ini bisa menggunakan alat tangkap jaring maupun pancing.

"Nelayan yang menggunakan sampan fiber, bisa satu atau dua hari melaut bahkan sampai di Jawa. Memang hasilnya tidak sebanyak saat tidak paceklik, tapi masih ada dibandingkan perahu selerek," katanya.

Pantauan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan, hampir setiap perahu yang sandar dinihari hingga pagi tidak mendapatkan hasil tangkap yang banyak.

Hasil tangkap mereka rata-rata habis dalam satu pikulan keranjang berisi sekitar satu kwintal, itupun jenis ikan campuran, bukan lemuru sebagai ikan unggulan untuk membuat sarden.

Saat ramai ikan, PPN Pengambengan dipenuhi ribuan orang, mulai dari nelayan, pedagang ikan, buruh angkut ikan hingga ratusan mobil yang antri menunggu muatan ikan.(GBI)

Pewarta: Pewarta: Gembong Ismadi

Editor : Gembong Ismadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017