Singaraja (Antara Bali) - Pengamat pariwisata Bali Putu Gede Parma mengatakan imbauan bepergian atau "travel advisory" dari pemerintah Australia tidak akan mempengaruhi kunjungan wisatawan asal negeri Kanguru ke Pulau Dewata.
"Kami mengamati dan melihat hasil kajian akademik serta pengamanan langsung beberapa waktu kebelakangan, bahwa hal tersebut (travel advisory) tidak menyurutkan niat wisatawan Aussie datang ke Bali," katanya di Kota Singaraja, Bali, Kamis.
Menurut dia, wisatawan Aussie dinilai memiliki pandangan bahwa teror bom atau semacamnya bukan hanya bisa terjadi di Bali saja tetapi juga dapat terjadi di berbagai wilayah di dunia.
"Mereka (wisatawan) dipastikan juga tidak akan menunda atau bahkan membatalkan perjalanannya ke Bali," kata Gede.
Parma yang juga akademisi Universitas Pendidikan Ganesha itu mengungkapkan mereka (wisman Australia) pun tidak akan sepenuhnya mengikuti apa yang disampaikan pemerintahnya. "Pengamatan kami pun wisman Australia kadang `bengkung` juga. Mereka tetap saja datang ke Bali meski bagaimanapun peringatannya," tambahnya.
Fenomena tersebut, kata dia, memang berbeda jauh ketika Bali sempat dilanda musibah bom pada puluhan tahun lalu. "Dulu iya ketika pasca bom Bali satu dan dua. `Travel advisory` mengakibatkan penurunan kunjungan wisatawan secara signifikan," paparnya.
Meskipun demikian, pihaknya mengimbau agar pihak keamanan dari TNI dan Polri tetap waspada dengan bahaya ancaman teror. Terlebih lagi pasca penangkapan teroris di Tanggerang Selatan oleh Densus 88 pada (21/12).
"Bali selalu menjadi target biasanya dan peran pihak keamanan dibantu masyarakat harus dapat mewujudkan keamanan dan ketertiban. Kita juga harus tetap waspada dengan pendatang yang mencurigakan," ujar dia.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat warga Australia selama ini menempati urutan teratas dari sepuluh negara terbanyak yang menjadi wisatawan untuk berlibur ke Pulau Dewata. Wisatawan Australia yang berkunjung ke Bali sebanyak 850.326 orang selama sembilan bulan periode Januari-September 2016, meningkat 16,85 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 727.678 orang. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Kami mengamati dan melihat hasil kajian akademik serta pengamanan langsung beberapa waktu kebelakangan, bahwa hal tersebut (travel advisory) tidak menyurutkan niat wisatawan Aussie datang ke Bali," katanya di Kota Singaraja, Bali, Kamis.
Menurut dia, wisatawan Aussie dinilai memiliki pandangan bahwa teror bom atau semacamnya bukan hanya bisa terjadi di Bali saja tetapi juga dapat terjadi di berbagai wilayah di dunia.
"Mereka (wisatawan) dipastikan juga tidak akan menunda atau bahkan membatalkan perjalanannya ke Bali," kata Gede.
Parma yang juga akademisi Universitas Pendidikan Ganesha itu mengungkapkan mereka (wisman Australia) pun tidak akan sepenuhnya mengikuti apa yang disampaikan pemerintahnya. "Pengamatan kami pun wisman Australia kadang `bengkung` juga. Mereka tetap saja datang ke Bali meski bagaimanapun peringatannya," tambahnya.
Fenomena tersebut, kata dia, memang berbeda jauh ketika Bali sempat dilanda musibah bom pada puluhan tahun lalu. "Dulu iya ketika pasca bom Bali satu dan dua. `Travel advisory` mengakibatkan penurunan kunjungan wisatawan secara signifikan," paparnya.
Meskipun demikian, pihaknya mengimbau agar pihak keamanan dari TNI dan Polri tetap waspada dengan bahaya ancaman teror. Terlebih lagi pasca penangkapan teroris di Tanggerang Selatan oleh Densus 88 pada (21/12).
"Bali selalu menjadi target biasanya dan peran pihak keamanan dibantu masyarakat harus dapat mewujudkan keamanan dan ketertiban. Kita juga harus tetap waspada dengan pendatang yang mencurigakan," ujar dia.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat warga Australia selama ini menempati urutan teratas dari sepuluh negara terbanyak yang menjadi wisatawan untuk berlibur ke Pulau Dewata. Wisatawan Australia yang berkunjung ke Bali sebanyak 850.326 orang selama sembilan bulan periode Januari-September 2016, meningkat 16,85 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 727.678 orang. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016