Denpasar (Antara Bali) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan meminta pengelolaan Museum Geopark Batur, Bali untuk lebih tertata layaknya berstandar internasional, sehingga mampu menarik kunjungan termasuk wisatawan mancanegara.

"Saya mengharapkan pengelolaan dan penataan koleksi yang disajikan pada Museum Geopark lebih rapi, termasuk juga tata letak koleksi maupun penataan cahayanya," kata Menteri Jonan di Penelokan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, Minggu.

Menurut dia, keberadaan Museum Geologi tersebut sangat penting untuk mengenalkan kepada masyarakat maupun wisatawan yang berkunjung ke Indonesia, khususnya Bali.

"Selain untuk berwisata, museum itu sebagai pengetahuan. Disini akan mendapatkan pengetahuan mengenai keberadaan gunung hingga terbentuknya alam atau geologi," ujarnya didampingi Bupati Bangli Made Gianyar.

Ia berharap keberadaan museum dibawah Kementerian ESDM harus berstandar internasional, salah satunya Museum Geopark Batur internasional, sehingga akan memberi wawasan dan khasanah serta menjadi penelitian bagi ilmuwan dunia.

"Museum ini harus berstandar internasional. Harus sama dengan keberadaan museum-museum di dunia. Karena museum juga menjadi pusat pengetahuan dan juga penelitian," ujar Jonan didampingi Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar bersama rombongan SKK Migas dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).

Ia mengatakan Museum Geopark Batur menjadi bukti bahwa warisan geologi yang berpadu dengan kearifan lokal (local wisdom) dan keanekagaman hayati dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.

Geopark Batur dikukuhkan sebagai Jejaring Geopark Global (Global Geopark Network/GGN) oleh UNESCO pada September 2012. Geopark Batur memiliki keunikan jika dibandingkan dengan geopark lain di Indonesia. Yakni Gunung Batur memiliki dua kaldera, di mana di dalam kaldera I terbentuk kaldera II.

Kaldera Gunung Batur ini diperkirakan terbentuk akibat dua letusan besar pada 29.300 dan 20.150 tahun yang lalu. Di dalam kaldera II terdapat danau berbentuk bulan sabit, yang dikenal dengan nama Danau Batur.

Indonesia saat ini telah memiliki dua geopark yang telah masuk dalam GGN, yakni Geopark Batur dan Geopark Gunung Sewu di Jawa Tengah. Selain itu, terdapat empat geopark nasional, yakni Geopark Nasional Kaldera Toba di Sumatera Utara, Merangin di Jambi, Rinjani di Nusa Tenggara Barat, dan Ciletuh di Jawa Barat.

"Keberadaan Geopark Nasional Merangin telah diusulkan untuk dapat masuk dalam GGN," ucapnya.

Sementara Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Ego Syahrial mengatakan Museum Geopark Batur diresmikan 1 April 2016 menampilkan koleksi yang merepresentasikan tiga pilar geopark, yakni keanekaragaman geologi (geodiversity), keanekaragaman hayati (biodiversity), dan keanekaragaman wujud budaya (cultural diversity).

Ia mengatakan koleksi museum ini berjumlah 350 objek dengan dimensi antara lima centimeter (cm) sampai 250 cm dan berat maksimum 600 kilogram. Sepanjang tahun 2016, jumlah pengunjung Museum Geopark Batur telah mencapai 60.000 orang.

"Ini wajah baru museum di Indonesia yang memadukan alam, kultur, flora-fauna daerah setempat dalam satu kesatuan," katanya.

Dalam kunjungannya tersebut, Menteri ESDM juga bertemu dengan 23 pengamat gunung api yang bertugas di Gunung Api Batur dan Gunung Api di wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Komang Suparta

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016