Denpasar (Antara Bali) - Agen Perjalanan Wisata di Provinsi Bali memanfaatkan peluang bisnis dalam jaringan (daring) menyiasati maraknya agen perjalanan wisata "online".

"Kami harus kreatif, digital bukan berarti akan merugikan atau membunuh usaha tetapi kami ambil peluangnya, kesempatan dan kekuatannya," kata Ketua Asosiasi Agen Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Bali, Ketut Ardana di Denpasar, Kamis.

Menurut dia, setiap perusahaan agen perjalanan wisata yang memiliki laman atau website, mengembangkan paket wisata dalam jaringan yang bisa dipilih langsung konsumen.

Menurut dia, meski marak agen perjalanan wisata dalam jaringan namun ia optimistis agen perjalanan wisata konvensional masih tetap diminati terutama bagi pelancong grup atau dalam jumlah banyak.

"Kami akan jalani dua-duanya karena masyarakat yang melakukan perjalanan wisata itu memerlukan sentuhan atau bantuan manusia juga," ucapnya.

Sedangkan pelancong individual atau keluarga, mereka masih memungkinkan diakomodir oleh agen biro perjalanan dalam jaringan.

"Untuk itu kami harus pintar-pintar, masing-masing perusahaan ada strateginya ketika digital masuk, bagaimana menyiasatinya," katanya.

Bisnis agen perjalanan wisata digital itu juga akan menjadi salah satu fokus pembahasan dalam Musyawarah Daerah (Musda) ke-13 Asita Bali yang digelar 7 Desember 2016.

Ketua Panitia Musda Asita Bali ke-13, Putu Winastra menjelaskan bahwa selain membahas bisnis dalam jaringan juga akan dibahas isu usaha agen perjalanan wisata ilegal dan keberlanjutan "Bali Beyond and Travel Fair" (BBTF).

Pertemuan tersebut, lanjut dia, mengangkat tema "Bali+10= 20" yang berarti Bali memiliki nilai 10 ditambah dengan 10 destinasi baru yang dikembangkan pemerintah untuk mewujudkan target kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 20 juta orang tahun 2019.

"Indonesia menargetkan 20 juta wisman tahun 2019. Dalam target itu pemerintah membuat 10 destinasi `Bali Baru`. Dengan adanya destinasi baru itu, Bali memberikan 50 persen kontribusi terhadap pariwisata Indonesia," ucap pelaku pariwisata tersebut.

Meski menjadi barometer pariwisata Indonesia, Putu menekankan bahwa Bali masih membutuhkan perhatian khusus di antaranya promosi, peningkatan infrastruktur dan sumber daya manusia. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016