Denpasar (Antara Bali) - Mayor Jendral (Purn) Wisnu Bawa Tenaya (WBT) menyatakan sangat siap dan bersemangat untuk maju dalam Pemilihan Gubenur Bali (Pilgub) 2018 mendatang.

"Sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang," ujar WBT penuh semangat usai mengikuti peringatan HUT ke-71 Tentara Nasional Indonsia (TNI) di lapangan Puputan Margarana Niti Mandala Renon Denpasar.

Peribahasa tersebut sebagai ungkapan, ketika suatu keputusan telah diambil, maka seharusnya tidak ada lagi keragu-raguan. Keputusan itu, harus dijalani atau dilaksanakan, meskipun nantinya menghadapi segala kendala yang menghadang.

WBT yang baru terpilih sebagai Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Periode 2016-2021,  lahir dari keluarga sederhana dari Desa Gulingan, Mengwi, Badung berumur 58 tahun kelahiran tanggal 24 April 1958.

Ia seorang Purnawirawan perwira tinggi TNI-AD dengan jabatan terakhir Koordinataor Staf Ahli Panglima TNI. Berdasarkan Keputusan Panglima TNI Nomor: Kep/693/IX/2014 tanggal 22 September 2014 sampai 25 April 2016.

WBT, lulusan Akmil 1981 ini berpengalaman dalam bidang Infanteri (Kopassus). Jabatan terakhir jenderal bintang dua ini adalah Pangdam IX/Udayana.

Ayah kandung WBT, Mayor (Purn) I Made Dana (80), dulu sempat bertugas sebagai anggota DPRD Badung era 1970-an. Setelah itu, Made Dana kembali ke barak Polri dan mengakhiri masa dinasnya saat bertugas di Polda Bali.
Sementara itu, ibu kandung WBT, Ni Made Nyablek (78), dari perkawinan Made Dana  dan  Ni Made Nyablek  lahir lima orang buah hati.

WBT sebagai anak kedua dari lima bersaudara tersebut. Ia memiliki seorang kakak yakni Wisnu Bawa Temaja,SH.,MH dan tiga orang adik yakni  Drs .Wisnu Bawa Tanumejaya, Dr. Wisnu Bawa Tarunajaya, S.E., M.M.  dan adik perempuan Helinawati.  

Ia didampingi istri tercinta, Cok Oka Istri Darmawati dari Puri Ubud dengan dikaruniai dua orang anak yakni Wicitra Wira Swadidaya dan Wiwik Wike Widiari.

WBT  & Kenangan Sang Bunda

WBT menuturkan, banyak kenangan manis masa muda di Bali yang masih terekam dalam benaknya, sebelum ia menjadi tentara.

"Setiap pagi, pukul 04.00 bersama kakak sulung, Wisnu Bawa Temaja ikut ibu kandung  berdagang be pindang  (ikan pindang) di Pasar Kreneng, Denpasar," ujar WBT, bertempat tinggal di Jalan Nangka waktu itu.

Oleh karena, penghasilan ayah sebagai polisi saat itu tak cukup untuk membiayai semua keperluan keluarga.
Ia mengaku, sudah terbiasa kerja keras semenjak kecil, melakukan yang orang lain tidak lakukan. Bangun lebih awal, ketika anak-anak lain masih tidur nyenyak dan lelap.

Setelah mengantar be pindang untuk dijual sang ibu, ia rutin diskusi bersama kakak sulung Wisnu Bawa Temaja dan adiknya Wisnu Tarunajaya sebelum berangkat ke sekolah.

"Biasanya ada saja masalah yang disodorkan Ayah waktu itu, diskusi selalu berjalan seru," ungkapnya.
Sementara itu, ibunya pulang berdagang sekitar pukul 15.00, semua saudaranya biasa menanti kedatangan sang ibu di teras rumah.

Masuk AKMIL

Disiplin ditegakkan Made Dana di rumahnya. Jika ada kegiatan di luar rumah, anak-anak harus melaporkan ke orangtua mereka.

"Begitu juga jika menginap di rumah keluarga. Orangtua harus diberi tahu. Kami selalu patuh pada aturan disiplin waktu yang diterapkan ayah. Sebagai polisi, beliau punya wibawa di keluarga. Makanya, kami segan berbuat macam-macam. Padahal, jika anaknya salah, ayah tidak pernah main pukul," sambungnya.

Tetapi, semua anak Made Dana tidak hanya diajari menjadi anak rumahan. Mereka juga didorong bergaul dengan lingkungan sosialnya.

Jika malam Minggu, biasanya kami berlima kumpul-kumpul di teras rumah. Ayah biasanya menghampiri, lalu memberi sangu.

"Kami disuruh bergaul ke luar rumah. Ada yang disuruh ke banjar, ke komunitas karang taruna, dan kelompok remaja lain," kenang WBT.

Belakangan ini, baru menyadari pendidikan yang diwariskan oleh ayahnya. Hal itu, membekali dirinya untuk belajar berorganisasi sebagai buktinya, semua saudaranya pernah menjadi aktivis organisasi semasa kuliah maupun saat bekerja.

Saat tamat SMA Swastiastu Denpasar (sekarang SMA St. Yoseph) WBT lolos tes pendidikan Akademi Militer di Magelang. Tamat pendidikan perwira tahun 1981.

"Akhirnya bisa menebus mimpi ayah, dimana  anaknya menjadi seorang Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI)," ungkapnya.

Bersinergi Untuk Bangun Bali Asri Kembali

WBT mengajak, semua komponen untuk "ngayah" yang memiliki ide-ide untuk membangun Bali ke depan. Menjelang pemilihan gubernur Pilgub yang akan dilakukan pada tahun 2018 merupakan momen penting untuk memilih pemimpin yang terbaik.

Pemimpin yang baik hendaknya dipilih oleh rakyat yang baik, dimana pemimpin pilihan rakyat merupakan cerminan dari rakyat pemilihnya.

"Banyak hal yang belum dilakukan, banyak hal yang belum disampaikan, banyak hal yang belum didengar," ujar WBT.

Ia menambahkan, budaya "simakrama" atau musyawarah perlu ditingkatkan untuk menemukan solusi terbaik dalam pemecahan setiap permasalahan, khususnya di Bali.

Pulau Bali yang mengandalkan daerah pariwisata, diharapkan selalu menjungjung tinggi nilai-nilai luhur warisan "leluhur" dan menghormati senior dan para pahlawan.

Serta selalu memperhatikan sektor pendukungnya, salah satunya sektor pertanian. Petani perlu dibuat lebih moderen dan diminati anak muda.

"Serta masyarakat tidak memandang sebelah mata terhadap petani, sejatinya petani yang menyediakan sumber pangan bagi semuanya," kata WBT.

Dengan hal tersebut, Subak yang ada di Bali menjadi prioritas untuk dibenahi guna mendukung sektor pertanian lebih menggeliat.

Selain itu, kualitas Sumber Daya manusia (SDM) menjadi penentu segalanya dalam mencapai target program yang dilaksanakan. Apalagi dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat, tetap SDM menjadi tumpuan utama.

"SDM yang berkualitas bertemu teknologi moderen yang tepat, maka hasilnya efektif dan efensien," ungkap WBT.

Begitu pula, anak-anak muda harus percaya diri dan selalu mau belajar meningkatkan kapasitas diri. Mengedepankan kejujuran dalam setiap tugas.

Semangat itu, diharapkan ditumbuhkan yang dimulai dari diri sendiri sehingga memiliki karakter yang kuat secara fisik, mental dan spiritual.

Pada kesempatan tersebut ia mengucapkan dirgahayu Hari Ulang Tahun (HUT) ke-71 Tentara Nasional Indonesia (TNI) 5 Oktober 2016.

Ia sempat menjabat sebagai Pangdam IX Udayana mengharapkan memiliki daya tempur yang kuat baik secara fisik maupun non fisik untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di tengah arus globalisasi.
Serta membangun negeri secara serentak bersama rakyat sesuai dengan tema "Bersama Rakyat TNI Kuat, Hebat, Profesional, Siap Mewujudkan Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri Dan Berkepribadian."

Biodata Mayjen TNI Wisnu Bawa Tenaya

Nama: Mayjen TNI Wisnu Bawa Tenaya
Tempat Lahir: Banjar Munggu, Desa Gulingan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali.
Pendidikan: SMA Swastiastu (sekarang SMA St. Yoseph) Denpasar, Akademi Militer di Magelang lulus 1981.
Jabatan: Danrem 121 Pontianak di Kalbar, Irjen Kostrad di Jakarta, Wadanjen Kopassus di Cijantung (pangkat Brigjend), Kasdam IV Mulawarman di Kalbar, Komandan Puspenif di Bandung, Komandan Jenderal Kopassus, Pangdam IX/Udayana.
Istri: Cok Oka Istri Darmawati (dari Puri Ubud)
Anak-Anak: Wicitra Wira Swadidaya dan Wiwik Wike Widiari
 
Kesuksesan Karir
Danrem 121/Alambhana Wanawai
Irjen Kostrad
Wadanjen Kopassus (2007)
Kasdam VI/Mulawarman (2010)
Danpussenif Kodiklatad (2011)
Danjen Kopassus (2011)
Pangdam IX/Udayana (2012)
Koorsahli Panglima TNI (2014)
Ketua PHDI Pusat (2016-2021).
(*)

Pewarta: Pewarta: I Wayan Artaya

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016