Denpasar (Antara Bali) - Pengamat masalah pertanian Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc. MMA menilai, Kesenjangan tingkat kehidupan antara petani produsen sebagai pelaku usahatani (petani kecil di lahan sawah) dengan pelaku usaha non pertanian masih relatif tinggi.

"Bahkan tingkat kesenjangan tersebut menuju pada gap yang menganga semakin melebar," kata Dr Gede Sedana yang juga Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendera Denpasar, Jumat.

Ia mengatakan, pembangunan ekonomi di Bali yang sangat besar-besaran, khususnya pariwisata dan sektor ikutan lainnya menjadi salah satu faktor yang patut diuji kembali dampak besarnya terhadap pembangunan pertanian, khususnya yang menyangkut petani kecil.

Hal itu penting mengingat kenaikan harga-harga produk pertanian di pasar atau di tingkat konsumen, ternyata belum serta merta memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan petani kecil.

"Hal itu berarti terdapat ketidaktepatan mekanisme pasar, karena bagian yang diterima petani belum dirasakan secara adil. Terlebih lagi dipicu oleh kenaikan harga barang-barang konsumsi termasuk harga sarana produksi pertanian," ujar Gede Sedana.

Untuk itu diperlukan penyempurnaan sistem pertanian yang telah diintroduksi sejak belasan tahun silam yakni sistem agribisnis, terutama dalam aspek implementasinya.

Gede Sedana menambahkan, sistem agribisnis merupakan suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas.

Cakupan agribisnis sebagai suatu sistem merupakan subsistem penyediaan sarana produksi dan alat serta mesin pertanian. Demikian pula subsistem budidaya, subsistem pengolahan, subsistem pemasaran dan subsistem penunjang.

Gede Sedana menjelaskan, konsep agribisnis telah menjadi bagian yang sangat penting dalam membangun pertanian, namun hingga saat ini petani kecil belum memperoleh manfaat seperti yang diharapkan.

Oleh karena itu, jika pembangunan pertanian ingin dapat berjalan secara lebih baik maka dalam implementasi sistem agribisnis perlu didorong melalui pembentukan dan pengembangan klinik agribisnis yang memiliki berbagai fungsi.

Fungsi tersebut antara lain sebagai pusat pembelajaran bagi para petani mengenai aspek teknologi dan sebagai wahana untuk memfasilitasi kegiatan bisnis pertanian atau kemitraan di antara para aktor pasar, ujar Gede Sedana. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016