Denpasar (Antara Bali) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali mengimbau pasar swalayan dan toko modern di daerah setempat untuk mengganti permen yang selama ini kerap digunakan sebagai kembalian dengan uang logam.

"Permen itu bukan pembayaran yang sah padahal pecahan Rp100 masih ada, Rp50 juga tersedia di BI dengan jumlah yang cukup," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Causa Iman Karana di Denpasar, Senin.

Menurut dia, tidak ada alasan bagi pasar swalayan atau toko modern menggunakan permen sebagai kembalian pengganti uang logam.

Ia meminta apabila "supermarket" dan "minimarket" tersebut kesulitan mendapatkan uang koin, bisa memeroleh uang logam tersebut ke perbankan.

Selain itu, BI juga membuka layanan kas keliling yang bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan uang logam.

Dengan upaya tersebut sirkulasi transaksi menggunakan uang koin sebagai alat pembayaran yang sah bisa lancar.

Mengingat saat ini aliran uang logam kembali ke bank sentral, lanjut dia, tercatat sangat sedikit.

Untuk itu ia juga meminta masyarakat untuk menyetorkan uang logam ke perbankan. Begitu pula perbankan harus menerima apabila ada nasabah yang menyetorkan uang logam.

Data Bank Indonesia tahun 2015, kebutuhan uang logam di Bali mencapai Rp41,8 miliar atau naik 30 persen dari tahun 2014.

Meski kebutuhan meningkat yang artinya aliran keluar uang koin tercatat tinggi, namun aliran masuk kembali ke Bali tercatat sangat sedikit.

Survei BI tahun 2015 menyebutkan hanya 38 persen responden menggunakan uang logam untuk transaksi sedangkan sisanya menyimpan di dalam rumah dan mengendap tidak digunakan. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016