Denpasar (Antara Bali) - Para distributor buah pisang di Bali mulai mendatangkan pisang dari daerah-daerah di Jawa Timur untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat melaksanakan kegiatan ritual "sugihan" menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan.

"Persediaan matadagangan pisang menjelang Sugihan Jawa (1/9) dan Sugihan Bali (2/9) dua kali lipat dari hari-hari biasanya," kata seorang distributor pisang Sartono di Denpasar, Sabtu.

Ia mendatangkan pisang dari Bondowoso sebanyak dua truk engkel (keci) berisi sekitar 650 tandan berbagai jenis pisang dengan harga Rp40 juta.

Jumlah tersebut dua kali lipat, karena hari-hari biasanya setiap sepuluh hari hanya mendatangkan pisang satu truk engkel yang berisi 300 tandan dengan harga Rp18 juta.

"Dibanding hari-hari biasa sebelumnya harganya sudah meningkat Rp2 juta per truk," ujar Sartono yang memperkirakan matadagangan pisangnya itu habis hingga empat hari ke depan atau menjelang ritual Sugihan Jawa dan Sugihan Bali.

Sartono yang menyalurkan kembali pisang tersebut kepada para pelanggang yang berjualan di sejumlah pasar tradisional di sekitar Kota juga merencanakan menjelang Galungan itu untuk mendatangkan lagi minimal dua truk pisang.

Hal itu dilakukan karena hampir semua masyarakat Bali memerlukan pisang untuk kelengkapan ritual Galungan, hari raya dalam memperingati Kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan) yang jatuh pada hari Rabu, 7 September 2016 serta Kuningan pada hari Sabtu, 17 September 2016.

Pria asal Banyuwangi itu bersama istrinya mengontrak sebuah kios sekaligus tempat pemondokan di dekat Pasar Tradisional Pemedilan Denpasar yang menjual separuh dari seluruh pisang yang didatangkan dari Jawa Timur tersebut.

Hari-hari biasanya hanya mendatangkan satu truk kecil yang berisi 300 tandan. Dari jumlah tersebut sekitar 150-200 tandan dibagikan kepada langgannya di sejumlah pasar tradisional yang dikelola banjar dan desa seperti pasar di Perumnas Monang-Maning Denpasar, Pasar Sesetan dan sekitarnya.

Sebanyak 300 tandan pisang tersebut biasanya habis dalam waktu sepuluh hari. Tiga hari menjelang habis sudah datang lagi pasokan pisang dari Jawa sehingga persediaan dagangan berkesinambungan, ujar Sartono yang mengaku menjual pisang itu sangat rumit, karena resiko busuk sangat tinggi.

"Untuk itu harus pandai-pandai mengatur mana yang matang sekarang untuk segera laku, jika tidak terjual berarti sudah kerugian," ujar Sartono.

Pisang selain kebutuhan ritual juga diperlukan untuk konsumsi bagi masyarakat dan wisatawan dalam dan luar negeri yang berliburan di daerah ini.

Oleh sebab itu di Bali, khususnya di Kota Denpasar terdapat banyak distributor pisang yang mendatangkan dagangan dari Jawa, disamping Sulawesi dan Kalimantan, karena produksi pisang di Bali tidak mencukupi. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016