Chicago (Antara Bali) - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir menguat pada Jumat (Sabtu pagi WIB), didukung perdagangan teknikal meskipun Ketua Federal Reserve AS membawakan nada "hawkish".

Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Desember naik 1,3 dolar AS, atau 0,1 persen, menjadi menetap di 1.325,9 dolar AS per ounce.

Perdagangan teknikal yang sangat volatil menyebabkan peningkatan dalam harga emas, setelah Ketua Federal Reserve AS Janet Yellen pada Jumat mengindikasikan bahwa dia yakin alasan untuk peningkatan suku bunga Fed AS telah menguat selama beberapa bulan terakhir dalam pidatonya di Jackson, di negara bagian Wyoming.

Setelah Yellen menunjukkan bahwa ia akan terbuka untuk kenaikan suku bunga secepatnya pada bulan depan, pedagang sekarang percaya bahwa Fed akan menaikkan suku bunga dari 0,50 persen ke 0,75 persen selama pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) November bukan pertemuan Desember FOMC.

Menurut alat Fedwatch CME Group, probabilitas tersirat saat ini untuk kenaikan suku bunga dari 0,50 persen ke 0,75 persen adalah 36 persen pada pertemuan September 2016, 61 persen pada pertemuan November 2016 dan 38 persen pada pertemuan Desember.

Penguatan dalam dolar AS mencegah logam mulia dari reli lebih lanjut karena indeks dolar AS naik 0,87 persen menjadi 95,54 pada pukul 18.45 GMT.

Indeks adalah ukuran dari dolar terhadap sekeranjang mata uang utama. Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar naik maka emas berjangka akan jatuh karena emas yang diukur dengan dolar menjadi lebih mahal bagi investor.

Perak untuk pengiriman September naik 16,2 sen, atau 0,88 persen, menjadi ditutup pada 18,651 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober naik 0,7 dolar AS, atau 0,06 persen, menjadi ditutup pada 1.077,7 dolar AS per ounce. Demikian laporan Xinhua. (WDY)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016