Nusa Dua (Antara Bali) - Pemerintah Indonesia mengajak komunitas internasional mengantisipasi teroris individual yang sebelumnya bergabung dalam ISIS, sebagai tantangan baru dalam menanggulangi terorisme lintas negara.
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto, di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu, menjelaskan bahwa teroris individual itu merupakan fenomena baru dalam terorisme yang dikenal "lone wolves".
"Kembalinya pejuang ISIS ke negaranya masing-masing menciptakan fenomena baru yang dikenal `lone wolves`. Fenomena ini tantangan baru yang perlu kita antisipasi," katanya saat membuka Pertemuan Internasional Penanggulangan Terorisme (IMCT).
Menurut dia, beberapa di antara "lone wolves" tersebut merupakan veteran Suriah dan Irak, beberapa lainnya direkrut oleh ISIS dan yang lainnya menjadi radikal setelah didoktrin melalui media sosial oleh kelompok ekstrimis.
"Hal tersebut memerlukan perhatian serius dan membutuhkan kerja sama lanjutan," ucapnya.
Salah satu contoh terakhir aksi teroris individual itu yakni serangan menggunakan truk yang menabrak kerumunan orang di Niece, Prancis yang menewaskan sekitar 85 orang.
Aksi terorisme itu tidak menggunakan bahan peledak atau senjata api yang selama ini kebanyakan dilakukan para teroris menjalankan serangannya.
Dalam pertemuan itu dibagi dalam dua sesi yakni sesi para menteri yang membahas tema penanggulangan terorisme lintas negara serta penal diskusi yang membahas isu deradikalisasi dan pejuang teroris asing.
Pertemuan tersebut dihadiri 20 negara di antaranya Australia, Amerika Serikat, Belgia, Belanda, Prancis, Rusia, Tiongkok, Selandia Baru, Turki, India, Filipina, Inggris, Malaysia, Pakistan dan Kanada.
Selain itu juga turut hadir tiga organisasi internasional yakni ASEAN, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Interpol.
Pertemuan internasional tersebut diharapkan menghasilkan pernyataan bersama sebagai penguatan kerja sama internasional terkait penanggulangan terorisme. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto, di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu, menjelaskan bahwa teroris individual itu merupakan fenomena baru dalam terorisme yang dikenal "lone wolves".
"Kembalinya pejuang ISIS ke negaranya masing-masing menciptakan fenomena baru yang dikenal `lone wolves`. Fenomena ini tantangan baru yang perlu kita antisipasi," katanya saat membuka Pertemuan Internasional Penanggulangan Terorisme (IMCT).
Menurut dia, beberapa di antara "lone wolves" tersebut merupakan veteran Suriah dan Irak, beberapa lainnya direkrut oleh ISIS dan yang lainnya menjadi radikal setelah didoktrin melalui media sosial oleh kelompok ekstrimis.
"Hal tersebut memerlukan perhatian serius dan membutuhkan kerja sama lanjutan," ucapnya.
Salah satu contoh terakhir aksi teroris individual itu yakni serangan menggunakan truk yang menabrak kerumunan orang di Niece, Prancis yang menewaskan sekitar 85 orang.
Aksi terorisme itu tidak menggunakan bahan peledak atau senjata api yang selama ini kebanyakan dilakukan para teroris menjalankan serangannya.
Dalam pertemuan itu dibagi dalam dua sesi yakni sesi para menteri yang membahas tema penanggulangan terorisme lintas negara serta penal diskusi yang membahas isu deradikalisasi dan pejuang teroris asing.
Pertemuan tersebut dihadiri 20 negara di antaranya Australia, Amerika Serikat, Belgia, Belanda, Prancis, Rusia, Tiongkok, Selandia Baru, Turki, India, Filipina, Inggris, Malaysia, Pakistan dan Kanada.
Selain itu juga turut hadir tiga organisasi internasional yakni ASEAN, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Interpol.
Pertemuan internasional tersebut diharapkan menghasilkan pernyataan bersama sebagai penguatan kerja sama internasional terkait penanggulangan terorisme. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016