Denpasar (Antara Bali) - Produktivitas tanaman padi di Bali kini mencapai 6,2 ton gabah kering giling (GKG) per hektare, meningkat dari tahun sebelumnya yang tercatat 5,8 ton per hektare sehingga menempati peringkat tiga nasional.

"Peningkatan produktivitas yang signifikan menjadikan Bali menempati peringkat tiga tingkat nasional setelah Jawa Barat dan Jawa Timur," kata Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali, Ida Bagus Wisnuardana di Denpasar, Selasa.

Ia mengatakan, adanya peningkatan produktivitas per satuan hektare dengan berbagai upaya, termasuk pemupukan yang berimbang dengan menggunakan pupuk organik diharapkan produksi padi di Bali dapat meningkat di masa mendatang.

Selain itu petani juga menggunakan benih unggul serta proses pemeliharaan yang baik sehingga menghasilkan padi yang bermutu, meningkat dari panen sebelumnya.

Bagus Wisnuardana menambahkan, Pemerintah Provinsi Bali dalam tahun 2016 mengalokasikan dana sebesar Rp10 miliar untuk subsidi pengadaan pupuk organik sebanyak 12.500 ton atau setara memenuhi kebutuhan tanaman padi seluas 25.000 hektare.

Pengadaan pupuk organik sebanyak itu ditangani oleh 23 penyalur pupuk ramah lingkungan yang bekerja sama dengan sistem pertanian terintegrasi (Simantri) yang ada di sekitarnya.

Bagus Wisnuardana menjelaskan, pihaknya juga membantu petani dalam mengolah lahan pertanian berupa traktor tangan, alat tanam padi dan alat panen yang seluruhnya tercatat 500 unit.

"Pengadaan alat pertanian itu mendapat dukungan dari dana pemerintah pusat yang diberikan kepada kelompok tani yang tersebar di delapan kabupaten dan satu kota di Bali dengan harapan mampu meningkatkan produksi tanaman padi," ujar Bagus Wisnuardana.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Ir Adi Nugroho MM dalam kesempatan terpisah menambahkan, produksi padi di Bali selama tahun 2015 tercatat 853.710 ton gabah kering giling (GKG), menurun 4.234 ton atau 0,49 persen dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 857.944 ton.

Merosotnya produksi padi relatif tinggi terjadi di Kabupaten Tabanan yang selama ini merupakan daerah "lumbung beras" yang mencapai 20.072 ton GKG (9,38 persen). Menurunnya produksi padi tersebut akibat berkurangnya luas panen mencapai 5.312 hektare atau 3,72 persen.

Menurunnya produksi padi tersebut hanya terjadi pada subround I yakni periode Januari-April 2015 sebesar 59.696 ton GKG (20,09 persen), sebaliknya produksi pada subround II periode Mei-Agustus 2016 meningkat sebesar 44.523 ton GKG (17,24 persen).

Demikian juga pada subround III periode September-Desember 2016 terjadi kenaikan sebesar 10.939 ton GKG (3,63 persen).

Adi Nugroho menambahkan, menurunnya produksi padi tersebut akibat adanya pengurangan luas panen sebesar 5.312 hektare (3,72 persen) yang terjadi di lima wilayah meliputi Kabupaten Tabanan, Badung, Bangli, Karangasem dan Buleleng.

Beberapa faktor penyebab turunnya luas panen antara lain adanya perbaikan jaringan irigasi pada tahun 2014 seluas 12.085 hektare yang menyebabkan kekurangan luas tanam 24.170 hektare.

Selain itu juga akibat keterbatasan air (debit air mengecil) dan perbaikan saluran irigasi seperti yang terjadi di Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Karangasem, Bangli dan Buleleng. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016