Jakarta (Antara Bali) - Indonesia menghadapi tantangan keperluan
ketersediaan 1,5 orang insinyur untuk memenuhi keperluan pembangunan
nasional juga menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
"Indonesia akan menjadi negara dengan perekonomian terbesar ketujuh dunia pada 2030. Untuk bisa mencapai ke sana, kita sudah punya SDA berlimpah. Kini saatnya kita memenuhi keperluan SDM, terutama di bidang teknik," kata kata Rektor Universitas Sampoerna, Wahdi Yudhi, dalam keterangan pers yang diterima Antara, Jakarta, Senin
Padahal
dibutuhkan setidaknya 1,5 juta insinyur untuk dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam kisaran 7-10 persen per tahun.
Untuk menghadapi peningkatan proyek dan MEA, Yudhi mengatakan, Indonesia harus mampu mendorong penambahan tenaga kerja yang berasal dari dalam negeri sesuai dengan kebutuhan agar tidak didominasi tenaga kerja asing.
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi pada April 2016 memandatkan 40 perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, untuk membuka program profesi keinsinyuran. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Indonesia akan menjadi negara dengan perekonomian terbesar ketujuh dunia pada 2030. Untuk bisa mencapai ke sana, kita sudah punya SDA berlimpah. Kini saatnya kita memenuhi keperluan SDM, terutama di bidang teknik," kata kata Rektor Universitas Sampoerna, Wahdi Yudhi, dalam keterangan pers yang diterima Antara, Jakarta, Senin
"Kalau kita punya mimpi menjadi negara besar, peningkatan jumlah ahli teknik harus dipenuhi," kata dia.
Persatuan Insinyur Indonesia mencatat saat ini Indonesia hanya memiliki sekitar 750.000 insinyur.
Untuk menghadapi peningkatan proyek dan MEA, Yudhi mengatakan, Indonesia harus mampu mendorong penambahan tenaga kerja yang berasal dari dalam negeri sesuai dengan kebutuhan agar tidak didominasi tenaga kerja asing.
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi pada April 2016 memandatkan 40 perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, untuk membuka program profesi keinsinyuran. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016