Lombok Timur (Antara Bali) - Pakar Antropologi Universitas Indonesia Prof Yunita T Winarto menilai sistem penanggalan pertanian tradisional seperti Pranatamangsa di Pulau Jawa atau Warige di Pulau Lombok sudah tidak efektif digunakan karena perubahan iklim global.

"Metode itu sudah tidak efektif karena indikatornya hanya menggunakan benda angkasa yang posisinya statis seperti bulan dan bintang," ujar Yunita, usai memberikan penyuluhan kepada petani di Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat, Rabu.

Ia memaparkan, agar penanggalan tradisional lebih efektif maka seharusnya turut digunakan teknologi yang berdasar pada metode ilmiah agar memberikan perhitungan masa tanam atau panen yang tepat.

Menurutnya, adanya perubahan iklim global turut mempengaruhi kondisi cuaca atau aliran udara di NTB, sehingga bisa dipastikan siklus bertani di wilayah tersebut akan terganggu.

"Dalam dua tahun pengamatan, penanggalan lokal itu sama sekali meleset. Misalnya di tahun 2015 perkiraan akan hujan tapi ternyata ada El-Nino," kata Yunita mencontohkan fenomena perubahan iklim yang sedang terjadi.

Meskipun begitu, Yunita menegaskan bahwa bentuk kearifan lokal yang berkaitan dengan bercocok tanam tidak semuanya harus ditinggalkan atau mengalami pergeseran fungsi akibat perubahan iklim.

Dia mencontohkan mengenai cara mengenali dan membaca tingkah laku binatang di alam bebas yang dianggap memiliki indera atau sensor yang tidak dimiliki manusia untuk membaca tanda-tanda peristiwa alam.

"Mereka punya sensor yang tidak dimiliki oleh manusia, itu yang kadang masih bisa digunakan untuk tujuan tertentu," katanya menambahkan.

Sehubungan dengan upaya menanggulangi dampak perubahan iklim di bidang pertanian, Pusat Kajian Antropologi Fisip UI bekerjasama dengan Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) melakukan penyuluhan kepada petani di Kabupaten Lombok Timur NTB untuk menyikapi hal tersebut.

Program tersebut bermaksud membentuk jejaring wilayah antara pemerintah, penyuluh pertanian, petani, ilmuwan, dan para pihak lainnya untuk membantu petani meningkatkan kemampuan adaptasi pada perubahan iklim melalui pembelajaran agrometeorologi. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Roy Rosa Bachtiar

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016