Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika menegaskan, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar sebagai perguruan tinggi seni mampu mencetak lulusan sarjana bidang seni dan menarik minat anak muda untuk memantapkan kehidupan berkesenian sebagai identitas masyarakat Pulau Dewata di tengah persaingan global.

Gubernur Pastika mengatakan hal itu pada acara pengukuhan Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.Skar. M.Hum sebagai Guru Besar Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, di Gedung Natya Mandala, kampus ISI Denpasar, Kamis.

Ia mengharapkan, kiprah lembaga pendidikan tinggi seni mampu "go internasional" yakni sebagai media promosi terdepan akan kesenian Bali. Selain itu mampu meningkatkan kualitas sumber daya seni dan kualitas kehidupan berkesenian.

Oleh sebab itu keberadaan ISI hendaknya bisa menjadi pusat unggulan seni dan budaya. Untuk itu pola pembelajaran harus mampu menyalurkan hakikat ilmu seni itu sendiri bukan berorientasi terhadap mencetak lulusan semata.

"Untuk mencapai semua itu, maka guru besar memiliki tanggung jawab moral yang besar, dan tambahan nama itu bukan gelar semata," ujar Gubernur Pastika.

Apalagi menurut Gubernur Pastika gelar Prof itu bukan hanya kependekan untuk jabatan profesor semata, namun bisa juga diartikan sebagai provokator. "Provokator di sini dalam artian mampu memprovokasi orang terutama mahasiswa untuk bekerja dan belajar lebih giat lagi," kata Gubernur Pastika.

Gubernur Pastika mengucapkan selamat atas pengukuhan guru besar terhadap Prof Gede Arya Sugiartha yang sekaligus juga merupakan Rektor ISI periode 2013-2017.

Dengan pengukuhan tersebut, maka bertambah pula satu guru besar di kampus kebanggaan para seniman Bali tersebut. Terkait penelitian yang sekaligus mengantarkan Prof. Gede Arya Sugiartha sebagai guru besar yakni seni pertunjukan "genjek".

Gubernur Pastika mendorong para akademisi di ISI untuk meningkatkan kajian akademis terhadap cabang dan jenis seni pertunjukan di Bali yang selama ini tidak begitu banyak diangkat ke permukaan.

"Ada latar belakang yang historis-ilmiah tentang tumbuhnya kesenian kita di satu daerah, kesenian tersebut juga mengandung nilai kearifan lokal yang adiluhung, maka dari itu saya minta semua dosen harus memperbanyak penelitian dan menggali lagi seni budaya kita," imbuhnya.

Apalagi kesenian merupakan penunjang utama sektor pariwisata Bali bersama budaya, sehingga semakin beraneka ragam ditawarkan akan bisa menjadi poin lebih untuk pertumbuhan pariwisata ke depan.

Sementara itu, Prof I Gede Arya Sugiartha dalam orasi ilmiahnya yang berjudul "Genjek Sebuah Seni Vokal Bali, Pembentukan dan Perkembangannya" menyampaikan bahwa ketertarikannya mengangkat tema itu sebagai penelitian karena seni vokal tersebut
belakangan ini mulai meredup padahal dekade 1990-an sangat ramai dibicarakan.

Menurutnya hingga saat ini tidak banyak penelitian yang mengangkat genjek sebagai objek, hingga Ia pun tergugah meneliti dan berharap bisa membangkitkan lagi.

Selain seni vokal, dalam Genjek juga terkandung seni sastra yang mengandung unsur tema kegembiraan, romantis, rayuan, nasehat maupun sindiran.

Dia juga menyimpulkan jika Genjek yang lahir pertama kali di Karangasem merupakan sebuah seni rakyat yang lahir dan dipelihara oleh masyarakat pedesaan, namun mulai menyebar ke daerah lain.

"Perkembangan genjek sebagai sebuah kesenian yang adiluhung telah melalui fase yang cukup panjang. Dalam kesenian ini juga terkandung nilai moral lain seperti nilai pertemanan dan pergaulan, untuk itu, sebagai kesenian rakyat, keberadaan genjek harus terus dilestarikan dan saya harap kelak bisa tampil di Pesta Kesenian Bali (PKB)," ujarnya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016