Denpasar (Antara Bali) - Pementasan wayang kulit dari Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kota Denpasar pada ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) Ke-38 mendapat sambutan antusias dari penonton, di Taman Budaya Provinsi Bali.

Karena ki dalang cilik Putu Agus Satria Laksana Putra mementaskan kisah Ramayana dengan lincah memainkan tokoh pewayangan tersebut. Terlebih lelucon yang ditampilkan ki dalang cilik tersebut membuat tawa para penonton yang memadati kegiatan PKB digelar selama sebulan hingga 9 Juli 2016.

Pada pementasan yang diambil dari bagian kisah Ramayana mengangkat judul "Melabuh Geni" atau menceburkan diri ke lautan api.

Menurut koordinator pementasan wayang kulit I Made Kembar, Rabu, mengatakan pementasan itu dilakukan pada Selasa malam (21/6), bahwa cerita tersebut menggambarkan perjuangan seorang perempuan (Dewi Sita) yang diculik oleh seorang raja (Rahwana) untuk dinikahi, namun Dewi Sita mampu mempertahankan kesucian dalam hidupnya. Sehingga bersumpah kepada suaminya (Ramadewa) bahwa dirinya masih suci (belum tersentuh api asmara) oleh Rahwana.

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

"Kisah tersebut menggambarkan betapa pentingnya perempuan itu di mata laki-laki sangat diharapkan menjadi wanita setia melayani hanya kepada suaminya," katanya.

Bwerikut dikisahkan tentang Rahwana yang dijuluki Sang Dasamuka bersama para prajurit raksasanya gugur dalam peperangan maha dahsyat melawan Sang Ramadewa, Laksamana dan pasukan wanara yang dipimpin oleh Kapi Sugriwa.

Dimana Sang Wibisana, adik dari Rahwana segera dinobatkan menjadi Raja Alengka oleh Ramadewa. Sebelum Sang Ramadewa dan Laksamana ke Ayodya, Sang Ramadewa mengutus Sang Hanoman untuk menjemput istrinya, Dewi Sita yang masih berada di dalam Taman Angsoka sekaligus mengabarkan bahwa peperangan telah usai dengan kemenangan Sang Ramadewa.

Bergegaslah Sang Hanoman menuju Taman Angsoka dan ditemuinya Dewi Sita bersama Dewi Trijata, anak dari Sang Wibisana. Dewi Sita pun bergegas menemui Sang Ramadewa diiringi oleh Sang Hanoman.

Sesampainya Dewi Sita dihadapan Sang Ramadewa, dengan menghaturkan sujud bakti, Sang Ramadewa seolah-olah tidak senang dan meragukan kesucian Dewi Sita. Wajah Sang Ramadewa terlihat merah berapi-api menegaskan hatinya sangat murka dan meninggalkan Dewi Sita yang bersujud padanya dan seketika Dewi Sita bersedih.

Dewi Sita dengan rasa duka yang mendalam, kemudian memerintahkan Laksamana membuat panggung untuk dirinya, yang akan digunakan dalam upacara "Masatya", sebagai bukti bahwa dirinya masih suci, Sang Laksamana pun segera membuat panggung bersama para wanara.

Kemarahan Sang Ramadewa memuncak, dibakar api cemburu dan dendam, Sang Ramadewa dengan kesaktiannya mengeluarkan Bhuta-Bhuti yang menyerang para wanara. Terjadilah pertempuran yang hebat antara bhuta-bhuti melawan para wanara.

Saat itu juga Dewi Sita terjun dari panggung Agni, seketika pertempuran pun berhenti, Sang Ramadewa melihat istrinya terbalut api dengan perasaan sedih. Tiba-tiba dalam kobaran api, munculah Bhatara Brahma yang menjunjung Dewi Sita.

Bhatara Brahma menjelaskan bahwa Dewi Sita sangat suci dan tidak perlu diragukan lagi. Selepas Sabha Bhatara Brahma, bhuta-bhuti menghilang dalam kobaran api. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Komang Suparta

Editor : I Nyoman Aditya T I


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016