Denpasar (Antara Bali) - Sebanyak 16 penulis "emerging" Indonesia terpilih tampil dalam Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) ke-13 yang akan digelar dari 26-30 Oktober 2016.
"Emerging sendiri merupakan istilah yang digunakan oleh UWRF untuk para penulis Indonesia yang memiliki karya berkualitas, namun belum memperoleh publikasi yang memadai," kata National Program Manager UWRF I Wayan Juniarta, di Denpasar, Kamis.
Ia mengemukakan, seleksi telah dibuka pada pertengahan Januari dan ditutup pada akhir Februari 2016, dan selama tenggang waktu tersebut, tim panitia setiap harinya menerima kiriman karya dari para penulis emerging di seantero Nusantara.
"Total ada 894 penulis dari 201 kota di 33 provinsi di Indonesia. Tingginya angka tersebut menjadikan seleksi tahun ini sebagai yang terbesar sepanjang sejarah seleksi, melesat jauh dari seleksi di tahun 2015 dengan 595 penulis dari 168 kota di 27 provinsi," ucap Juniarta.
Karya-karya dari 894 penulis itu melewati seleksi yang ketat karena setiap karya terlebih dahulu dibaca oleh tim pre-kurasi yang terdiri dari sastrawan asal Ubud, Ketut Yuliarsa yang juga ada dalam tim kurasi 2015, dan National Program Manager UWRF I Wayan Juniarta.
"Kami lalu memilih karya-karya yang paling menarik untuk dimasukkan dalam daftar panjang. Daftar panjang tersebut lalu diserahkan kepada tim kurasi yang beranggotakan penulis dan jurnalis kawakan Indonesia, Seno Gumira Ajidarma, sastrawan Iswadi Pratama, dan salah satu penulis muda kebanggaan Bali, Sonia Piscayanti, ujarnya.
Dari rapat kuratorial yang diadakan di kantor Yayasan Mudra Swari Saraswati di Ubud, Gianyar, belum lama ini, maka 16 nama yang berhasil terpilih adalah Arung Wardhana Ellhafifie dari Bangkalan, Dahlia Rasyad dari Yogyakarta, Deasy Tirayoh dari Kendari, Dimas Indiana Senja dari Yogyakarta, Azri Zakkiyah dari Malang, E Rokajat Asura dari Cilegon, Gemi Mohawk dari Tangerang, Boni Candra dari Padang, Joko Sucipto dari Bangkalan, Joseph Rio Jovian Haminoto dari Jakarta, Murizal Hamzah dari Jakarta, Nersalya Renata dari Lampung, Ni Putu Rastiti dari Denpasar, Royyan Julian dari Pamekasan, Sidik Nugroho dari Pontianak, dan Soetan Radjo Pamoentjak dari Bukittinggi.
Sementara itu, Seno Gumira Ajidarma sebagai salah satu anggota tim kurasi mengatakan lewat seleksi kali ini membuktikan bahwa penulis baru tidak selalu masih mentah karyanya bahkan sebaliknya bisa membuat "penulis mapan" terperangah, untuk menghindari kata minder.
"Ini juga membuktikan bahwa banyak penulis berkemampuan mumpuni yang tidak terdeteksi semata-mata hanya karena tidak mendapatkan forum yang setara dengan kualitas karyanya," ujar Seno Gumira.
Selanjutnya 16 penulis yang beruntung tersebut akan berpartisipasi dalam UWRF 2016, akan diterbangkan dari kota masing-masing ke Ubud, Bali, untuk tampil dalam forum-forum diskusi sastra berdampingan dengan para penulis internasional.
Selain itu karya-karya yang telah terpilih tersebut akan diterjemahkan ke bahasa Inggris dan diterbitkan dalam buku Anthology 2016. Semua ini dapat terlaksana berkat dukungan dari BitRead, sebuah gerakan untuk menerbitkan buku secara swadaya atau self-publishing.
Seleksi penulis Emerging Indonesia telah berhasil membawa penulis-penulis emerging nusantara untuk tampil dalam satu kancah berkelas dunia dengan penulis-penulis internasional dan memperdengarkan karya mereka ke khalayak dunia melalui seri Anthology sejak tahun 2008. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Emerging sendiri merupakan istilah yang digunakan oleh UWRF untuk para penulis Indonesia yang memiliki karya berkualitas, namun belum memperoleh publikasi yang memadai," kata National Program Manager UWRF I Wayan Juniarta, di Denpasar, Kamis.
Ia mengemukakan, seleksi telah dibuka pada pertengahan Januari dan ditutup pada akhir Februari 2016, dan selama tenggang waktu tersebut, tim panitia setiap harinya menerima kiriman karya dari para penulis emerging di seantero Nusantara.
"Total ada 894 penulis dari 201 kota di 33 provinsi di Indonesia. Tingginya angka tersebut menjadikan seleksi tahun ini sebagai yang terbesar sepanjang sejarah seleksi, melesat jauh dari seleksi di tahun 2015 dengan 595 penulis dari 168 kota di 27 provinsi," ucap Juniarta.
Karya-karya dari 894 penulis itu melewati seleksi yang ketat karena setiap karya terlebih dahulu dibaca oleh tim pre-kurasi yang terdiri dari sastrawan asal Ubud, Ketut Yuliarsa yang juga ada dalam tim kurasi 2015, dan National Program Manager UWRF I Wayan Juniarta.
"Kami lalu memilih karya-karya yang paling menarik untuk dimasukkan dalam daftar panjang. Daftar panjang tersebut lalu diserahkan kepada tim kurasi yang beranggotakan penulis dan jurnalis kawakan Indonesia, Seno Gumira Ajidarma, sastrawan Iswadi Pratama, dan salah satu penulis muda kebanggaan Bali, Sonia Piscayanti, ujarnya.
Dari rapat kuratorial yang diadakan di kantor Yayasan Mudra Swari Saraswati di Ubud, Gianyar, belum lama ini, maka 16 nama yang berhasil terpilih adalah Arung Wardhana Ellhafifie dari Bangkalan, Dahlia Rasyad dari Yogyakarta, Deasy Tirayoh dari Kendari, Dimas Indiana Senja dari Yogyakarta, Azri Zakkiyah dari Malang, E Rokajat Asura dari Cilegon, Gemi Mohawk dari Tangerang, Boni Candra dari Padang, Joko Sucipto dari Bangkalan, Joseph Rio Jovian Haminoto dari Jakarta, Murizal Hamzah dari Jakarta, Nersalya Renata dari Lampung, Ni Putu Rastiti dari Denpasar, Royyan Julian dari Pamekasan, Sidik Nugroho dari Pontianak, dan Soetan Radjo Pamoentjak dari Bukittinggi.
Sementara itu, Seno Gumira Ajidarma sebagai salah satu anggota tim kurasi mengatakan lewat seleksi kali ini membuktikan bahwa penulis baru tidak selalu masih mentah karyanya bahkan sebaliknya bisa membuat "penulis mapan" terperangah, untuk menghindari kata minder.
"Ini juga membuktikan bahwa banyak penulis berkemampuan mumpuni yang tidak terdeteksi semata-mata hanya karena tidak mendapatkan forum yang setara dengan kualitas karyanya," ujar Seno Gumira.
Selanjutnya 16 penulis yang beruntung tersebut akan berpartisipasi dalam UWRF 2016, akan diterbangkan dari kota masing-masing ke Ubud, Bali, untuk tampil dalam forum-forum diskusi sastra berdampingan dengan para penulis internasional.
Selain itu karya-karya yang telah terpilih tersebut akan diterjemahkan ke bahasa Inggris dan diterbitkan dalam buku Anthology 2016. Semua ini dapat terlaksana berkat dukungan dari BitRead, sebuah gerakan untuk menerbitkan buku secara swadaya atau self-publishing.
Seleksi penulis Emerging Indonesia telah berhasil membawa penulis-penulis emerging nusantara untuk tampil dalam satu kancah berkelas dunia dengan penulis-penulis internasional dan memperdengarkan karya mereka ke khalayak dunia melalui seri Anthology sejak tahun 2008. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016