Denpasar (Antara Bali) - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bali mengintensifkan kegiatan pasar murah dengan menjual sejumlah bahan pokok termasuk elpiji ukuran tiga kilogram.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, Ni Wayan Kusumawathi di Denpasar, Senin, menjelaskan bahwa turut dialokasikannya elpiji subdisi itu mengingat harganya di tingkat pengecer jauh lebih mahal yakni mencapai kisaran Rp18-19 ribu per tabung.

Padahal harga di tingkat pangkalan mencapai Rp14.500 per tabung. Untuk itu dalam pasar murah, elpiji berukuran mini itu dijual sesuai harga di pangkalan.

Untuk satu lokasi pasar murah pihaknya mengalokasikan 560 tabung elpiji subsidi tersebut ke sejumlah daerah seperti Kabupaten Buleleng, Bangli dan Karangasem.

"Kami sasar daerah yang sulit mendapatkan akses," ucapnya.

Pasar murah dengan menjual kebutuhan pokok dan mengerahkan elpiji dijadwalkan digelar di Subagan, Kabupaten Karangasem pada Selasa (14/6), Kabupaten Tabanan pada Jumat (17/6) dan di Kabupaten Buleleng pada Rabu (15/6).

"Kami batasi pembelian elpiji satu orang untuk dua tabung," ucapnya.

Selain menjual elpiji, dalam pasar murah juga dijual komoditas lain dengan harga lebih murah dibandingkan harga di pasaran di antaranya beras, gula pasir, bawang putih, bawang merah dan minyak goreng.

Hingga saat ini TPID Bali, lanjut dia, sudah 67 kali menggelar pasar murah di sejumlah titik di Pulau Dewata.

Dalam pasar murah tersebut dijual gula pasir putih seharga Rp12.500 per kilogram, beras Rp8.600 per kilogram, bawang merah Rp25 ribu per kilogram.

Sejumlah pihak terlibat dalam pasar murah tersebut yang dikoordinir oleh TPID Bali yakni Bank Indonesia, Bulog Bali, pemerintah kabupaten/kota dan provisi, Perusahaan Perdagangan Indonesia serta instansi terkait lainnya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016