Singaraja (Antara Bali) - Desa Tajun, Kabupaten Buleleng, wilayah Bali bagian utara mengembangkan tanaman cengkeh kualitas unggul sangat diminati kalangan industri di Pulau Dewata.

Kepala Desa Tajun, Gede Ardana di Kabupaten Buleleng, Selasa, mengatakan luas wilayah desa digunakan sebagai sentra perkebunan cengkeh sebanyak 70 persen dari wilayah desa tersebut dimana sisanya dikembangkan tanaman kakao dan kopi.

Ia menjelaskan pengelolaan cengkeh kualitas kelas unggul melibatkan kelompok tani melalui sosialisasi preventif menekan penyebaran penyakit Jamur Akar Putih (JAP), petani dibina intensif mengenai metode-metode pemeliharaan, pemberian pupuk dan jarak tanam bibit cengkeh.

"Selain itu, kami menerapkan sistem jarak tanam cengkeh yang sesuai dengan standar karena kalau terlalu rapat sinar matahari di musim hujan intensitasnya rendah sekali," ucapnya.

Lebih lanjut, ia menuturkan, perluasan jaringan di Desa Tajun melibatkan pemerintah di tingkat kabupaten dan provinsi mempermudah petani mengelola cengkeh dengan teknik yang tepat guna dan tepat bina.

Ardana menambahkan, salah satu penyakit tanaman cengkeh meresahkan yakni jamur akar putih diantisipasi dengan menyebar pupuk sehingga melindungi kemungkinan rusaknya tanaman cengkeh.

Di sisi lain, menurut dia, banyak kalangan masyarakat bertumpu penghasilannya dari mengelola tanaman cengkeh di Desa Tajun. Belakangan ongkos petik cengkeh memakai sistem per kilogram dihargai Rp5.000 dan mulai jarang memakai sistem harian Rp100 ribu per hari.

"Kami memiliki cengkeh kualitas terbaik yang juga merupakan tumpuan perekonomian masyarakat di wilayah sekitar Kecamatan Kubutambahan. Setiap musim cengkeh menyerap tenaga kerja hingga ribuan orang," paparnya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Made Bagus Andi Purnomo

Editor : I Made Andi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016