Denpasar (Antara Bali) - Anggota Komisi XI DPR-RI I Gusti Agung Rai Wirajaya menyatakan bahwa ekonomi kerakyatakan harus dioptimalkan dalam menghadapi era pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

"Pengembangan koperasi yang berasaskan kekeluargaan dengan menggunakan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di Indonesia," katanya saat menjadi salah satu pembicara dalam seminar bertajuk "Peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam memperkuat Ekonomi Kerakyatan Menghadapi MEA" di Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Sabtu.

Menurut dia, reformasi koperasi dan pendirian koperasi sejati yang berasaskan keluarga menjadi salah satu yang perlu dikuatkan termasuk sektor mikro lainnya seperti usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Dalam seminar yang digelar OJK Pusat bekerja sama dengan Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia (Peradah) Bali, wakil rakyat di Senayan itu menyampaikan bahwa upaya tersebut dilakukan untuk menyiasati lapangan kerja dan jumlah sumber daya manusia yang tidak berimbang sebagai salah satu dampak pemberlakuan MEA dengan bebasnya pasar barang dan jasa di antara 10 negara di Asia Tenggara.

Kepada ratusan peserta seminar yang sebagian besar merupakan mahasiswa, anggota yang membidangi keuangan dan perbankan itu juga mengingatkan agar konsumsi dan pembangunan menggunakan produk dalam negeri dalam menghadapi persaingan MEA selain memperkuat ekonomi kerakyatan atau ekonomi yang berbasis kekuatan anak negeri.

Ekonomi kerakyatan, lanjut dia, memiliki sejumlah kelebihan di antaranya tidak adanya diskriminasi, kedaulatan rakyat, produksi-distribusi hingga konsumsi berjalan baik dan saling membutuhkan serta melahirkan jiwa wirausaha.

Meski demikian, ekonomi kerakyatan terdapat kelemahan apabila kurangnya pengetahuan terkait investasi, penerapan ilmu manajemen yang minim serta perlu pengawasan agar terhindar dari penyalahgunaan.

Untuk itu, OJK berperan strategis dalam memberikan pemberdayaan kepada masyarakat untuk menjawab kelemahan tersebut.

Advisor Bidang Hubungan Internasional dan Kelembagaan pada Grup Dukungan Strategis Dewan Komisioner OJK, Triyono yang turut menjadi pembicara dalam seminar itu menyatakan bahwa pihaknya melakukan pemberdayaan yang dimulai dari pribadi hingga komunitas.

Pemberdayaan itu dilakukan melalui sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat salah satunya literasi keuangan hingga pengawasan terhadap industri jasa keuangan secara terintegrasi.

Dalam kesempatan itu, Triyono juga menyosialisasikan terkait keberadaan lembaga keuangan mikro.

Sementara itu akademisi Sayu Ketut Sutrisna Dewi mengatakan bahwa dalam era MEA itu, harus dihadapi dengan membangun kreativitas dan inovasi di kalangan pengusaha muda.

Dengan strategi itu, maka pengusaha pemula harus merubah paradigma dari pola konsumtif beralih sebagai produsen, konsumsi produk buatan dalam negeri dan etos kerja yang tinggi.

"Saat ini diperlukan bukan lagi strategi bertahan tetapi menyerang. Kreatif dan inovatif menjadi modal dasar untuk mencapai keunggulan bersaing," ucapnya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016