Jakarta (Antara Bali) - Bank Indonesia mengumumkan posisi utang luar
negeri Indonesia hingga triwulan I 2016 mencapai 316 miliar dolar AS
atau naik 5,7 persen dibandingkan periode sama tahun 2015.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa, mengatakan meskipun naik, posisi utang luar negeri (ULN) per Maret 2016 relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan ULN pada akhir triwulan IV 2015.
"Bank Indonesia memandang perkembangan ULN pada triwulan I 2016 masih cukup sehat, namun perlu terus diwaspadai risikonya terhadap perekonomian nasional. Ke depan, Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan ULN, khususnya ULN sektor swasta," kata Tirta.
ULN sektor publik atau pemerintah tumbuh 14 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 151,3 miliar dolar AS atau 47,9 persen dari total ULN. Pertumbuhan itu lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ULN publik di triwulan IV 2015 yang sebesar 10 persen.
Meskipun mengalami kenaikan, porsi ULN publik lebih kecil dibanding ULN swasta yang sebesar 164,7 miliar dolar AS atau 52,1 persen dari total ULN.
Bank sentral memandang ULN swasta per Maret 2016, didominasi sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih.
"Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,1 persen," kata Tirta.
Berdasarkan jangka waktu peminjaman, ULN jangka panjang tercatat meningkat 7,9 persen secara tahunan menjadi 277,9 miliar dolar AS, sementara ULN jangka pendek menurun 8,4 persen menjadi 38,1 miliar dolar AS.
Dengan posisi utang per Maret 2016, rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 36,5 persen, atau meningkat 5 persen dari 36,0 persen pada akhir triwulan IV 2015.
BI juga mencatat dengan turunnya ULN jangka pendek, jumlah cadangan devisa untuk menutupi kewajiban jangka pendek membaik. Indikasinya, rasio utang jangka pendek terhadap cadangan devisa yang turun menjadi 35,5 persen pada Maret 2016, dari 36,7 persen per Desember 2015. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa, mengatakan meskipun naik, posisi utang luar negeri (ULN) per Maret 2016 relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan ULN pada akhir triwulan IV 2015.
"Bank Indonesia memandang perkembangan ULN pada triwulan I 2016 masih cukup sehat, namun perlu terus diwaspadai risikonya terhadap perekonomian nasional. Ke depan, Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan ULN, khususnya ULN sektor swasta," kata Tirta.
ULN sektor publik atau pemerintah tumbuh 14 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 151,3 miliar dolar AS atau 47,9 persen dari total ULN. Pertumbuhan itu lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ULN publik di triwulan IV 2015 yang sebesar 10 persen.
Meskipun mengalami kenaikan, porsi ULN publik lebih kecil dibanding ULN swasta yang sebesar 164,7 miliar dolar AS atau 52,1 persen dari total ULN.
Bank sentral memandang ULN swasta per Maret 2016, didominasi sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih.
"Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,1 persen," kata Tirta.
Berdasarkan jangka waktu peminjaman, ULN jangka panjang tercatat meningkat 7,9 persen secara tahunan menjadi 277,9 miliar dolar AS, sementara ULN jangka pendek menurun 8,4 persen menjadi 38,1 miliar dolar AS.
Dengan posisi utang per Maret 2016, rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 36,5 persen, atau meningkat 5 persen dari 36,0 persen pada akhir triwulan IV 2015.
BI juga mencatat dengan turunnya ULN jangka pendek, jumlah cadangan devisa untuk menutupi kewajiban jangka pendek membaik. Indikasinya, rasio utang jangka pendek terhadap cadangan devisa yang turun menjadi 35,5 persen pada Maret 2016, dari 36,7 persen per Desember 2015. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016