Denpasar (Antara Bali) - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali menyatakan bahwa insiden turis dari Prancis, Amokrane Sabet yang tewas ditembak karena membunuh anggota kepolisian belum mempengaruhi pariwisata Pulau Dewata.

"Belum ada respon pasar baik dari agen-agen dan kolega di Prancis juga belum ada perkembangan," kata Ketua PHRI Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati di Denpasar, Selasa.

Ia mengharapkan agar peristiwa tragis itu tidak memberikan dampak terhadap pariwisata di Pulau Dewata.

Mantan Bupati Gianyar itu menambahkan bahwa pasar Eropa di antaranya dari Prancis merupakan salah satu pasar potensial kunjungan wisatawan ke Pulau Dewata.

Pria yang akrab disapa Cok Ace itu berpandangan bahwa kawasan Eropa sebelumnya merupakan negara-negara yang "sensitif" dengan isu keamanan.

Namun penyerangan brutal di Prancis dan peledakan bom di Brussel, Belgia, membuat negara-negara di benua biru itu kini cenderung tidak sensitif lagi.

"Saat ini mereka bukan melihat ancaman tetapi yang terpenting adalah kewaspadaan. Yang terpenting daerah yang akan dikunjungi seperti Bali sudah ada upaya," imbuhnya.

Selain itu wisatawan yang mengurungkan niat bepergian ke suatu destinasi juga dipengaruhi oleh karakteristik suatu negara tertentu.

Ia menyebutkan warga negara dari Tiongkok dan Jepang yang memiliki nasionalisme tinggi dan tunduk kepada arahan pemerintahnya.

Sedangkan karakteristik wisatawan dari Australia tidak begitu terpengaruh dengan ajuran pemerintah terbukti dengan dikeluarkannya anjuran bepergian atau larangan bepergian ke Bali beberapa kali namun mereka tetap berkunjung ke Pulau Dewata.

Data statistik dari Dinas Pariwisata Provinsi Bali menyebutkan per Maret 2016 ini tercatat wisatawan dari Prancis berada diurutan ke-12 dengan jumlah turis ke Bali mencapai 26.454 orang pada periode Januari-Maret.

Jumlah itu melonjak sekutar 2,43 persen jika dibandingkan periode sama tahun 2015.

Sebelumnya pada Senin (2/5) Amokrane Sabet tewas ditembak aparat setelah secara brutal menikam anggota kepolisian hingga tewas dengan beberapa luka tusuk di bagian lehernya.

Petugas kepolisian bersama Imigrasi sebelumnya hendak memintai keterangan mantan bela diri campuran itu terkait laporan warga Tibubeneng, Kuta Utara yang diketahui kerap membuat onar di kawasan itu.

Namun seteleh melayangkan tiga kali panggilan, pria kekar dengan tato itu tidak pernah mengindahkan panggilan tersebut.

Ia malah menantang polisi dengan membawa pisau belati dan mengejar sejumlah anggota hingga insiden berdarah tersebut terjadi. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016