Ambon (Antara Bali) - Deputi Riset, Edukasi, dan Pengembangan Badan
Ekonomi Kreatif (BEKRAF) Abdur Rohim Boy Berawi mengungkapkan bahwa
industri kreatif dalam setahun terakhir telah menyumbang Rp642 triliun
atau 7,05 persen dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
"Kontribusi terbesar berasal dari usaha kuliner sebanyak 32,4 persen, mode 27,9 persen, dan kerajinan 14,88 persen," katanya dalam Rakor Rencana Program Pengembangan Ekonomi Kreatif yang digelar BEKRAF di Ambon, Maluku, Selasa.
Selain menyumbang PDB nasional, Abdur mengatakan, industri kreatif merupakan sektor keempat terbesar dalam penyerapan tenaga kerja, dengan konstribusi secara nasional sebesar 10,7 persen atau 11,8 juta orang.
Rata-rata konstribusi terbesar berasal dari bisnis mode sebanyak 32,3 persen, kuliner 31,5 persen, dan kerajinan 25,8 persen.
"Ekonomi kreatif semakin mendapat perhatian utama di banyak negara, karena dapat memberikan konstribusi nyata terhadap perekonomian," ucapnya.
Saat ini, kata dia, ada 16 sub sektor yang akan terus berkembang selama 2015 - 2019, yakni seni pertunjukan, seni rupa, televisi dan radio, aplikasi game, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, periklanan, musik, penerbitan, fotografi, desain produk, fashion, film animasi dan video, kriya, dan kuliner.
Dari sub sektor yang ada, sedikitnya ada tiga bidang yang mengalami pertumbuhan cukup signifikan, yakni teknologi informasi sebesar 8,81 persen, periklanan 8,05 persen, dan arsitektur 7,53 persen.
Kendati industri kreatif Indonesia diprediksikan akan semakin berkembang, masih ada hambatan yang perlu untuk diperhatikan, yakni minimnya sistem informasi dan database yang bisa membantu para pelaku ekonomi kreatif mengembangkan karyanya.
Karena itu, kata Abdur, BEKRAF menjalin kerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan enam perguruan tinggi, yakni Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Institut Kesenian Jakarta, Institut Seni Indonesia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Kontribusi terbesar berasal dari usaha kuliner sebanyak 32,4 persen, mode 27,9 persen, dan kerajinan 14,88 persen," katanya dalam Rakor Rencana Program Pengembangan Ekonomi Kreatif yang digelar BEKRAF di Ambon, Maluku, Selasa.
Selain menyumbang PDB nasional, Abdur mengatakan, industri kreatif merupakan sektor keempat terbesar dalam penyerapan tenaga kerja, dengan konstribusi secara nasional sebesar 10,7 persen atau 11,8 juta orang.
Rata-rata konstribusi terbesar berasal dari bisnis mode sebanyak 32,3 persen, kuliner 31,5 persen, dan kerajinan 25,8 persen.
"Ekonomi kreatif semakin mendapat perhatian utama di banyak negara, karena dapat memberikan konstribusi nyata terhadap perekonomian," ucapnya.
Saat ini, kata dia, ada 16 sub sektor yang akan terus berkembang selama 2015 - 2019, yakni seni pertunjukan, seni rupa, televisi dan radio, aplikasi game, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, periklanan, musik, penerbitan, fotografi, desain produk, fashion, film animasi dan video, kriya, dan kuliner.
Dari sub sektor yang ada, sedikitnya ada tiga bidang yang mengalami pertumbuhan cukup signifikan, yakni teknologi informasi sebesar 8,81 persen, periklanan 8,05 persen, dan arsitektur 7,53 persen.
Kendati industri kreatif Indonesia diprediksikan akan semakin berkembang, masih ada hambatan yang perlu untuk diperhatikan, yakni minimnya sistem informasi dan database yang bisa membantu para pelaku ekonomi kreatif mengembangkan karyanya.
Karena itu, kata Abdur, BEKRAF menjalin kerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan enam perguruan tinggi, yakni Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Institut Kesenian Jakarta, Institut Seni Indonesia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016