Makassar (Antara Bali) - Arifin Amir, seorang penyandang cacat
tunanetra, lolos seleksi pendidikan Master atau Stata dua (S2) seleksi
Australia Awards Scholarship (AAS).
"Alhamdulillah, meskipun saya tunanetra, lolos dalam seleksi AAS dari pendaftar tiga ribu orang," katanya di Makassar, Rabu.
Alumnus Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar Fakultas Sastra, Jurusan Bahasa Inggris tersebut mengatakan awalnya dia pesimistis lolos karena bersaing dengan ribuan calon lainnya, belum lagi dirinya memiliki keterbatasan fisik.
AAS adalah lembaga yang bergerak di bidang mutu pendidikan yang menyediakan beasiswa bagi pemuda Indonesia mau melanjutkan Studi lanjut S2 di Australia dengan fasilitas ditanggung sepenuhnya oleh lembaga tersebut.
Arifin menceritakan tahap pertama berupa seleksi berkas diikuti 3.000 calon, dari seleksi itu lolos 200 orang untuk tahap selanjutnya. Hingga tahap seleksi akhir ada 24 calon yang kemudian mengikuti tes wawancara.
"Dari tujuh orang perwakilan Indonesia Timur yang lolos, saya salah satunya dengan beasiswa penuh termasuk mendapat biaya tambahan karena saya penyandang tunanetra," ucapnya.
"Kuliah di Australia memang merupakan impian saya, dan Allah menjawabnya. Pada 2012 lalu saya juga pernah diutus organisasi selama sebulan mengikuti short course di Australia," kata Arifin.
Pengajar di sekolah yayasan pembinaan tunanetra tersebut akan mengikuti training AAS mulai 18 Juli-April 2017 di Bali kemudian pada Juni 2017 menuju Australia untuk melanjutkan studinya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Alhamdulillah, meskipun saya tunanetra, lolos dalam seleksi AAS dari pendaftar tiga ribu orang," katanya di Makassar, Rabu.
Alumnus Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar Fakultas Sastra, Jurusan Bahasa Inggris tersebut mengatakan awalnya dia pesimistis lolos karena bersaing dengan ribuan calon lainnya, belum lagi dirinya memiliki keterbatasan fisik.
AAS adalah lembaga yang bergerak di bidang mutu pendidikan yang menyediakan beasiswa bagi pemuda Indonesia mau melanjutkan Studi lanjut S2 di Australia dengan fasilitas ditanggung sepenuhnya oleh lembaga tersebut.
Arifin menceritakan tahap pertama berupa seleksi berkas diikuti 3.000 calon, dari seleksi itu lolos 200 orang untuk tahap selanjutnya. Hingga tahap seleksi akhir ada 24 calon yang kemudian mengikuti tes wawancara.
"Dari tujuh orang perwakilan Indonesia Timur yang lolos, saya salah satunya dengan beasiswa penuh termasuk mendapat biaya tambahan karena saya penyandang tunanetra," ucapnya.
"Kuliah di Australia memang merupakan impian saya, dan Allah menjawabnya. Pada 2012 lalu saya juga pernah diutus organisasi selama sebulan mengikuti short course di Australia," kata Arifin.
Pengajar di sekolah yayasan pembinaan tunanetra tersebut akan mengikuti training AAS mulai 18 Juli-April 2017 di Bali kemudian pada Juni 2017 menuju Australia untuk melanjutkan studinya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016