Negara (Antara Bali) - Nelayan di Kabupaten Jembrana, khususnya yang melaut pada malam hari mengeluhkan lampu mercusuar di Desa Pengambengan redup, sehingga mereka sulit mencari arah pulang.

Beberapa nelayan di Desa Air Kuning dan Pengambengan, Senin mengatakan, jarak pancar mercusuar yang berada di Dusun Ketapang tersebut tidak sampai ke tengah laut.

"Apalagi kalau cuaca buruk, lampu mercusuar itu sama sekali tidak kelihatan, sehingga kami kebingungan mencari arah pulang," kata salah seorang nelayan, yang minta namanya tidak disebutkan.

Menurut nelayan dari Desa Air Kuning ini, yang paling merasakan dampak redupnya lampu mercusuar tersebut adalah nelayan yang memancing layur, karena biasanya melaut pada malam hari.

Ia mengungkapkan, bagi nelayan, mercusuar itu merupakan penunjuk arah yang vital, karena mereka tidak memiliki peralatan navigasi lainnya.

Nelayan lainnya khawatir, jika salah arah, mereka bisa menuju ke perairan laut lepas yang berbahaya.

"Dulu pancaran lampunya terang sekali dan sampai jauh. Waktu itu lampunya berwarna kuning, tapi sekarang diganti putih yang jarak pancarnya tidak sampai ke tengah Selat Bali," kata nelayan lainnya.

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jembrana Made Widanayasa saat dihubungi mengatakan, pihaknya segera akan berkoordinasi dengan syahbandar Pelabuhan Perikanan Nusantara untuk memperhatikan kondisi mercusuar tersebut.

Ia sepakat dengan para nelayan, mercusuar merupakan penunjuk arah yang penting, mengingat nelayan tradisional tidak memiliki peralatan navigasi yang canggih.

"Akan sangat berbahaya kalau sampai nelayan salah arah. Bisa-bisa masuk ke perairan internasional atau negara lain," katanya.

Hal senada disampaikan Kepala Dinas Kelautan, Perikanan Dan Kehutanan Jembrana Made Dwi Maharimbawa, yang berjanji segera berkoordinasi dengan pihak-pihak berwenang, agar pancaran mercusuar bisa menjadi andalan nelayan dalam menentukan arah.(GBI)

Pewarta: Pewarta: Gembong Ismadi

Editor : Gembong Ismadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016