Denpasar (Antara Bali) - Kain tradisional endek yang merupakan kekayaan budaya warisan leluhur di Pulau Bali, belakangan agak terhambat proses produksinya akibat generasi muda kurang berminat untuk menekuninya.

"Anak muda sekarang sangat jarang yang mau terlibat dalam pembuatan kain endek. Sampai-sampai beberapa pengusaha harus mendatangkan kain endek dari luar Bali," kata Ni Wayan Djani, seorang pengusaha endek di Denpasar, Minggu.

Padahal, lanjut dia, produksi kain endek itu tergolong prospektif secara ekonomi jika diproduksi dengan serius dan didukung pemasaran yang optimal.

"Sejumlah peminat dari Jepang dan Hongkong beberapa kali melakukan pemesanan karena tertarik dengan tampilan motif yang tradisional namun berkelas," kata Djani.

Motif-motif yang diminati, meliputi pegerinsingan, daun-daunan, cakra dan Saraswati. Mengenai pewarnaan bisa menggunakan warna sintetis atau alami. Pewarnaan alami biasanya menggunakan berbagai jenis daun, antara lain, daun mangga dan nangka. Jika ingin menghasilkan warna bata pada kain, bisa menggunakan tanah laut.

Warna alami pada kain ini bisa bertahan lama hingga lebih dari 20 tahun, asal diletakkan pada tempat yang tidak lembab, sehingga terhindar dari jamur.

"Harga kain endek ini antara Rp40 ribu sampai Rp600 ribu per meternya. Belakangan sering dipesan untuk seragam perkantoran. Pemesan kebanyakan dari Jakarta dan Bali," ucap wanita asal Manduang, Klungkung.

Dia melanjutkan, melihat pemesanan yang tak pernah putus dari berbagai instansi dan kalangan perkantoran, maka sungguh disayangkan jika sampai endek tidak dilestarikan keberadaannya.

Apalagi, kata dia, pembuatan kain endek merupakan usaha yang sudah dirintis secara turun-temurun dalam silsilah keluarga di Manduang. Berkat pembuatan kain ini, maka sejumlah ibu-ibu rumah tangga turut dilibatkan sehingga bisa menambah penghasilan keluarga.

"Saya terus berupaya agar usaha turun-temurun ini bisa terus eksis, meski terkendala SDM. Apalagi tahun 1998 lalu, endek produk kami menjadi produk unggulan di INACRAFT dan beberapa kali diundang KBRI di berbagai negara untuk menggelar pameran di luar negeri. Ini membanggakan sekali," ujar dia.

Ke depan, Djani menginginkan ada upaya untuk mendekatkan generasi muda dengan kekayaan budaya endek, sehingga ada regenerasi di masa mendatang.

"Mudah-mudahan juga ada peningkatan kecintaan masyarakat terhadap produk dalam negeri. Bangsa lain saja menghargai dan mengagumi endek, mudah-mudahan generasi muda pun bisa bersikap demikian," ucapnya.(WDY)

Pewarta: Pewarta: Tri Vivi Suryani

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016