Gianyar (Antara Bali) - Warga Keturunan Tionghoa di Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali menggelar pementasan keliling (ngelawang) barongsai dalam memperingati Tahun Baru Imlek 2567.
"Tradisi ngelawang barongsai maknanya hampir sama dengan ngelawang barong bagi umat Hindu pada hari raya Galungan dan Kuningan bagi umat Hindu," kata Ketua Barong Sing Mas Amurva Bumi, I Putu Eka Wijaya seusai pementasan keliling, Jumat.
Ia mengatakan, teknis pelaksanaan "ngelawang" engan memasuki rurmah-rumah warga Tionghoa.
Barongsai itu menari diiringi dengan alunan musik khas Tionghoa, kemudian sambil menari sekaligus mengambil angpao yang diikat di pohon-pohon rumah warga keturunan Tionghoa.
Menariknya angpao itu ditempatkan pada pohon yang tinggi, sehingga barongsai yang ditarikan oleh dua orang itu menggunakan teknik yang jitu untuk bisa meraih angpao terserbut.
Tujuan tradisi pementasan keliling menurut I Putu Eka Wijaya untuk menetralisir roh-roh jahat. Kegiatan pementasan ngelawang sengaja dimanfaatkan setelah perayaan Imlek.
"Setelah Kecamatan Blahbatuh, kami akan ngelawang di Kota Gianyar dan Sukawati," jelas I Putu Eka Wijaya.
Pelaksanaan ngelawang sudah dilaksanakan sebanyak tiga kali setelah perayaan Tahun Baru Imlek. Pesertanya kebanyakan melibatkan anak-anak.
"Mudah-mudahan dengan membangkitkan tradisi ngelawang mewarnai seni dan budaya di Gianyar," jelas I Putu Eka Wijaya.
Sementara itu warga keturunan Tionghoa di Vihara Darmayana Kuta, Kabupaten Badung, Bali juga menggelar hal yang sama, sehari sebelum Tahun Baru Imleks.
Kegiatan kirab keliling wilayah Kuta iikuti oleh para umat dengan jumlah warga sebanyak 150 kepala keluarga di vihara tersebut.
Pengurus vihara menyiapkan lima barongsai dan satu naga yang dibawa dalam pementasan keliling di kawasan Kuta, daerah wisata padat yang menarik perhatian wisatawan mancanegara. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Tradisi ngelawang barongsai maknanya hampir sama dengan ngelawang barong bagi umat Hindu pada hari raya Galungan dan Kuningan bagi umat Hindu," kata Ketua Barong Sing Mas Amurva Bumi, I Putu Eka Wijaya seusai pementasan keliling, Jumat.
Ia mengatakan, teknis pelaksanaan "ngelawang" engan memasuki rurmah-rumah warga Tionghoa.
Barongsai itu menari diiringi dengan alunan musik khas Tionghoa, kemudian sambil menari sekaligus mengambil angpao yang diikat di pohon-pohon rumah warga keturunan Tionghoa.
Menariknya angpao itu ditempatkan pada pohon yang tinggi, sehingga barongsai yang ditarikan oleh dua orang itu menggunakan teknik yang jitu untuk bisa meraih angpao terserbut.
Tujuan tradisi pementasan keliling menurut I Putu Eka Wijaya untuk menetralisir roh-roh jahat. Kegiatan pementasan ngelawang sengaja dimanfaatkan setelah perayaan Imlek.
"Setelah Kecamatan Blahbatuh, kami akan ngelawang di Kota Gianyar dan Sukawati," jelas I Putu Eka Wijaya.
Pelaksanaan ngelawang sudah dilaksanakan sebanyak tiga kali setelah perayaan Tahun Baru Imlek. Pesertanya kebanyakan melibatkan anak-anak.
"Mudah-mudahan dengan membangkitkan tradisi ngelawang mewarnai seni dan budaya di Gianyar," jelas I Putu Eka Wijaya.
Sementara itu warga keturunan Tionghoa di Vihara Darmayana Kuta, Kabupaten Badung, Bali juga menggelar hal yang sama, sehari sebelum Tahun Baru Imleks.
Kegiatan kirab keliling wilayah Kuta iikuti oleh para umat dengan jumlah warga sebanyak 150 kepala keluarga di vihara tersebut.
Pengurus vihara menyiapkan lima barongsai dan satu naga yang dibawa dalam pementasan keliling di kawasan Kuta, daerah wisata padat yang menarik perhatian wisatawan mancanegara. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016