Denpasar (Antara Bali) - Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek mengunjungi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Denpasar, Bali, sekaligus membesuk Septian Ariwibowo, pasien yang telah menjalani transplantasi ginjal (cangkok ginjal) di rumah sakit itu, Kamis.
"Kondisi pasien sudah membaik dan operasi pertama berjalan lancar karena ditangani tim dokter ahli," kata Menkes Nila F. Moeloek, dalam acara jumpa pers di Denpasar.
Ia mengatakan berdasarkan keterangan tim dokter yang menangani pasien tersebut, ginjal yang dimiliki pasien Septian tersebut mengalami infeksi yang disebabkan karena tekanan darah tinggi (hipertensi) sehingga dilakukan upaya tersebut.
Selain itu, penyakit gagal ginjal juga paling sering disebabkan adanya batu pada organ itu yang mengakibatkan akumulasi hipertensi tersebut.
Oleh sebab itu, pasien tersebut dilakukan tindakan pencangkokan ginjal itu, sehingga dengan adanya upaya tersebut RSUP Sanglah terus memberikan pelayanan optimal untuk penderita transplantasi ginjal selanjutnya
Menurut dia, program transplantasi ginjal tersebut sejalan dengan upaya pemerintah dalam penanggulangan penyakit ginjal terminal Kementerian Kesehatan, yang menunjuk beberapa rumah sakit tipe A dalam upaya pelayanan tersebut.
Ia mengatakan, dengan adanya program tersebut di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, diharapkan pengembangan pelayanan kesehatan Bali-Nusra dapat terus berjalan optimal.
"Langkah awal program cangkok ginjal di RSUP Sanglah juga dibantu tim transplantasi ginjal Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo atau FKUI Jakarta," katanya.
Nila sangat prihatin dengan jumlah pasien gagal ginjal di Bali yang melakukan haemodialisa di RSUP Sanglah mencapai 430 pasien per hari.
Sedangkan, dari data Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan seluruh Indonesia mencatat Tahun 2014, pasien yang melakukan haemodialisa mencapai 500 ribu hingga 600 ribu dengan biaya total mencapai Rp1,3 triliun.
"Sehingga ini menjadi pertanyan besar kenapa mayarakat Indonesia banyak yang menderita gagal ginjal," ujarnya.
Kementerian Kesehatan mencatat penderita gagal ginjal yang menjalani cuci darah (haemodialisa) terus mengalami peningkat atau meningkat empat kali lipat dalam lima tahun terakhir.
Pihaknya memperkirakan pasien yang menderita gagal ginjal terminal di Indonesia dan perlu melakukan cuci darah (haemodialisa) mencapai 15.000 orang.
Namun, pasien yang baru dapat ditangani dengan terapi haemodialisa itu baru 100 ribu orang. "Kami menerima laporan dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefrit) setiap tahunnya ada 200 ribu kasus baru gagal ginjal stadium akhir," katanya.
Ia menjelaskan, fungsi ginjal sangat sentral yakni melakukan filtrasi racun-racun yang ada di dalam tubuh yang dibuang dalam bentuk urine, sehingga ginjal sangat berperan besar dalam metabolisme tubuh. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Kondisi pasien sudah membaik dan operasi pertama berjalan lancar karena ditangani tim dokter ahli," kata Menkes Nila F. Moeloek, dalam acara jumpa pers di Denpasar.
Ia mengatakan berdasarkan keterangan tim dokter yang menangani pasien tersebut, ginjal yang dimiliki pasien Septian tersebut mengalami infeksi yang disebabkan karena tekanan darah tinggi (hipertensi) sehingga dilakukan upaya tersebut.
Selain itu, penyakit gagal ginjal juga paling sering disebabkan adanya batu pada organ itu yang mengakibatkan akumulasi hipertensi tersebut.
Oleh sebab itu, pasien tersebut dilakukan tindakan pencangkokan ginjal itu, sehingga dengan adanya upaya tersebut RSUP Sanglah terus memberikan pelayanan optimal untuk penderita transplantasi ginjal selanjutnya
Menurut dia, program transplantasi ginjal tersebut sejalan dengan upaya pemerintah dalam penanggulangan penyakit ginjal terminal Kementerian Kesehatan, yang menunjuk beberapa rumah sakit tipe A dalam upaya pelayanan tersebut.
Ia mengatakan, dengan adanya program tersebut di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, diharapkan pengembangan pelayanan kesehatan Bali-Nusra dapat terus berjalan optimal.
"Langkah awal program cangkok ginjal di RSUP Sanglah juga dibantu tim transplantasi ginjal Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo atau FKUI Jakarta," katanya.
Nila sangat prihatin dengan jumlah pasien gagal ginjal di Bali yang melakukan haemodialisa di RSUP Sanglah mencapai 430 pasien per hari.
Sedangkan, dari data Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan seluruh Indonesia mencatat Tahun 2014, pasien yang melakukan haemodialisa mencapai 500 ribu hingga 600 ribu dengan biaya total mencapai Rp1,3 triliun.
"Sehingga ini menjadi pertanyan besar kenapa mayarakat Indonesia banyak yang menderita gagal ginjal," ujarnya.
Kementerian Kesehatan mencatat penderita gagal ginjal yang menjalani cuci darah (haemodialisa) terus mengalami peningkat atau meningkat empat kali lipat dalam lima tahun terakhir.
Pihaknya memperkirakan pasien yang menderita gagal ginjal terminal di Indonesia dan perlu melakukan cuci darah (haemodialisa) mencapai 15.000 orang.
Namun, pasien yang baru dapat ditangani dengan terapi haemodialisa itu baru 100 ribu orang. "Kami menerima laporan dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefrit) setiap tahunnya ada 200 ribu kasus baru gagal ginjal stadium akhir," katanya.
Ia menjelaskan, fungsi ginjal sangat sentral yakni melakukan filtrasi racun-racun yang ada di dalam tubuh yang dibuang dalam bentuk urine, sehingga ginjal sangat berperan besar dalam metabolisme tubuh. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016