Tabanan (Antara Bali) - Petani gumitir (Tagetes erecta) di kawasan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali mengeluhkan terjadinya anomali cuaca belakangan ini, karena mempengaruhi kesuburan tanaman sehingga mengurangi produktivitas bunganya.
"Ketidakmenentuan cuaca mempengaruhi kesuburan tanaman gumitir, sehingga jumlah bunganya tidak maksimal dan ukurannya lebih kecil. Keadaan ini membuat beberapa petani gumitir mengeluh sebenarnya," kata Wayan Prabu, salah seorang petani gumitir di Desa Mayungan, Baturiti, Tabanan, Jumat.
Padahal, ujarnya, bertani gumitir adalah lahan usaha yang hasilnya menjanjikan. Kalau menanam 1.000 bibit tanaman, maka modal yang diperlukan kurang lebih Rp1,8 juta.
Modal itu digunakan untuk membeli bibit tanaman, pupuk organik dan obat semprot untuk membasmi kumbang agar tidak mengganggu daun muda dan bunga yang baru muncul.
Petani setempat sengaja menggunakan pupuk organik yang terbuat dari kotoran sapi atau ayam. Apabila memakai pupuk kimia, lama-lama kondisi tanah menjadi keras dan lengket, berakibat binatang penggembur tanah tidak mampu lagi hidup di dalamnya. Kesadaran ini membuat petani lebih cenderung menggunakan pupuk organik.
Mengenai jarak tanam, sebaiknya tidak terlalu rapat. Biasanya berkisar 60 cm antar-tanaman, karena jika terlalu rapat maka proses pertumbuhan tidak maksimal.
Dia melanjutkan, bibit tanaman bisa dibeli di toko setempat. Harga satu sachet dengan isi 100 biji adalah Rp75 ribu - Rp80 ribu. Bibit ini tergolong jenis unggul yang menghasilkan tanaman berbunga besar. Tinggi tanaman ini bisa mencapai 50 - 65 cm.
"Dulu petani gumitir mengandalkan pasokan bibit dari Jawa. Tapi sudah beberapa tahun terakhir ini, di Tabanan sudah ada Bali Gumitir yang siap menyuplai bibit untuk petani, sehingga tidak ada kesulitan lagi mengawali bertanam bunga ini," ujarnya.
Tiga minggu setelah ditanam, bunga gumitir sudah siap untuk dipanen. Setelah panen perdana, setiap tiga hari sekali gumitir bisa dipetik bunganya hingga dua bulan berikutnya.
"Kalau hari biasa, bunga gumitir harganya berkisar Rp10 ribu per kilogram. Pada hari raya Galungan - Kuningan, bunga naik sampai Rp25 ribu atau bahkan Rp30 ribu per kilogramnya, karena permintaan tinggi sekali," ujarnya.
Menurut dia, dengan modal awal Rp1,8 juta jika bertanam 1.000 tanaman gumitir, maka bisa mendapatkan hasil panen hingga mencapai Rp4 juta.
"Prospek gumitir ini bagus karena cepat balik modal. Permintaan pasar pun tinggi. Lebih maksimal jika bertanam gumitir dibarengi dengan ternak sapi. Kotoran sapi nanti bisa digunakan sebagai pupuk organiknya," ucap dia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Ketidakmenentuan cuaca mempengaruhi kesuburan tanaman gumitir, sehingga jumlah bunganya tidak maksimal dan ukurannya lebih kecil. Keadaan ini membuat beberapa petani gumitir mengeluh sebenarnya," kata Wayan Prabu, salah seorang petani gumitir di Desa Mayungan, Baturiti, Tabanan, Jumat.
Padahal, ujarnya, bertani gumitir adalah lahan usaha yang hasilnya menjanjikan. Kalau menanam 1.000 bibit tanaman, maka modal yang diperlukan kurang lebih Rp1,8 juta.
Modal itu digunakan untuk membeli bibit tanaman, pupuk organik dan obat semprot untuk membasmi kumbang agar tidak mengganggu daun muda dan bunga yang baru muncul.
Petani setempat sengaja menggunakan pupuk organik yang terbuat dari kotoran sapi atau ayam. Apabila memakai pupuk kimia, lama-lama kondisi tanah menjadi keras dan lengket, berakibat binatang penggembur tanah tidak mampu lagi hidup di dalamnya. Kesadaran ini membuat petani lebih cenderung menggunakan pupuk organik.
Mengenai jarak tanam, sebaiknya tidak terlalu rapat. Biasanya berkisar 60 cm antar-tanaman, karena jika terlalu rapat maka proses pertumbuhan tidak maksimal.
Dia melanjutkan, bibit tanaman bisa dibeli di toko setempat. Harga satu sachet dengan isi 100 biji adalah Rp75 ribu - Rp80 ribu. Bibit ini tergolong jenis unggul yang menghasilkan tanaman berbunga besar. Tinggi tanaman ini bisa mencapai 50 - 65 cm.
"Dulu petani gumitir mengandalkan pasokan bibit dari Jawa. Tapi sudah beberapa tahun terakhir ini, di Tabanan sudah ada Bali Gumitir yang siap menyuplai bibit untuk petani, sehingga tidak ada kesulitan lagi mengawali bertanam bunga ini," ujarnya.
Tiga minggu setelah ditanam, bunga gumitir sudah siap untuk dipanen. Setelah panen perdana, setiap tiga hari sekali gumitir bisa dipetik bunganya hingga dua bulan berikutnya.
"Kalau hari biasa, bunga gumitir harganya berkisar Rp10 ribu per kilogram. Pada hari raya Galungan - Kuningan, bunga naik sampai Rp25 ribu atau bahkan Rp30 ribu per kilogramnya, karena permintaan tinggi sekali," ujarnya.
Menurut dia, dengan modal awal Rp1,8 juta jika bertanam 1.000 tanaman gumitir, maka bisa mendapatkan hasil panen hingga mencapai Rp4 juta.
"Prospek gumitir ini bagus karena cepat balik modal. Permintaan pasar pun tinggi. Lebih maksimal jika bertanam gumitir dibarengi dengan ternak sapi. Kotoran sapi nanti bisa digunakan sebagai pupuk organiknya," ucap dia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016