Jakarta (Antara Bali) - Menteri BUMN, Rini Soemarno, mengisyaratkan BUMN
pertambanagan siap "masuk" ke PT Freeport Indonesia. Keempat BUMN itu
adalah PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Timah Tbk, dan PT
Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Persero.
"Kalau memang ada divestasi Freeport Indonesia, dan kami diberikan kesempatan untuk membeli saham yang akan didivestasikan, kami siap (mengelola)," kata dia, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat.
Dalam sinergi empat BUMN pertambangan itu, kata dia, ditekankan betapa penting konsolidasi dan sinergi untuk menjadi kelompok usaha pertambangan yang besar tidak hanya di Indonesia tapi juga di tingkat global.
Menurut dia, persoalannya untuk "masuk" ke PT Freeport Indonesia merupakan perjanjian antara pemerintah dengan perusahaan asal Amerika Serikat tersebut.
"Kami dari BUMN melihat potensi tambang Freeport sangat besar. Namun (untuk masuk) tidak terlepas dari nilai perusahaan itu," ujarnya.
Ia menambahkan, Kementerian BUMN saat ini sudah menetapkan Tim Komite Konsolidasi BUMN Pertambangan yang ditugasi, antara lain mengkoordinasikan mengkaji dan merumuskan berbagai kerjasama dan sinergi bisnis ke empat perusahaan itu.
"Kami juga minta kalau ada divestasi, akan kami analisa dan evaluasi. Nanti Tim ini yang akan melakukan," ujarnya.
Sebelumnya Soemarno pernah mengadang-gadang PT Inalum maupun Aneka Tambang disiapkan untuk "masuk" ke PT Freeport Indonesia.
Menanggapi hal itu, Direktur Utama PT Antam, Tedy Badrujaman, sedang menjajaki dan mengevaluasi untuk "masuk" PT Freeport Indonesia.
Soal kemampuan, PT Antam memiliki tambang emas di sejumlah lokasi, seperti tambang Cikotok yang sudah digarap puluhan tahun.
"Tambang emas Cikotok bahkan merupakan cikal bakal seluruh jenis tambang dalam di Indonesia yang sudah ada sejak zaman Belanda," ujarnya.
Ia menambahkan, pengalaman PT Antam mengelola tambang dalam juga terbukti di Gunung Pongkor, Cibaliung, dan Gosowong.
"Tinggal skalanya saja. Ada tambang yang memang cadangannya besar, ada yang sedang ada yang kecil. Kebetulan cadangan emas Freeport sangat besar, sehingga ada anggapan Antam tidak sanggup mengelolanya," ujarnya.
Padahal, kata dia, masalah kemampuan tergantung teknologi yang digunakan.
"Jangan salah paham. Di Freeport Indonesia itu orang Indonesia mencapai sekitar 90 persen. Jadi jangan disangka kita tidak mampu, banyak putra-putri bangsa yang cakap dalam bidang tambang, hanua soal skala dan pengerjaannya saja," kata dia.
Secara keseluruhan ujarnya, skala antara PT Freeport Indonesia dengan tambang emas PT Antam tidak bisa dibandingkan begitu saja.
"Tergantung cadangan dan lokasinya dimana. Kalau kita menemukan cadangan yang lebih besar lagi tentu kita kerjakan," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Kalau memang ada divestasi Freeport Indonesia, dan kami diberikan kesempatan untuk membeli saham yang akan didivestasikan, kami siap (mengelola)," kata dia, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat.
Dalam sinergi empat BUMN pertambangan itu, kata dia, ditekankan betapa penting konsolidasi dan sinergi untuk menjadi kelompok usaha pertambangan yang besar tidak hanya di Indonesia tapi juga di tingkat global.
Menurut dia, persoalannya untuk "masuk" ke PT Freeport Indonesia merupakan perjanjian antara pemerintah dengan perusahaan asal Amerika Serikat tersebut.
"Kami dari BUMN melihat potensi tambang Freeport sangat besar. Namun (untuk masuk) tidak terlepas dari nilai perusahaan itu," ujarnya.
Ia menambahkan, Kementerian BUMN saat ini sudah menetapkan Tim Komite Konsolidasi BUMN Pertambangan yang ditugasi, antara lain mengkoordinasikan mengkaji dan merumuskan berbagai kerjasama dan sinergi bisnis ke empat perusahaan itu.
"Kami juga minta kalau ada divestasi, akan kami analisa dan evaluasi. Nanti Tim ini yang akan melakukan," ujarnya.
Sebelumnya Soemarno pernah mengadang-gadang PT Inalum maupun Aneka Tambang disiapkan untuk "masuk" ke PT Freeport Indonesia.
Menanggapi hal itu, Direktur Utama PT Antam, Tedy Badrujaman, sedang menjajaki dan mengevaluasi untuk "masuk" PT Freeport Indonesia.
Soal kemampuan, PT Antam memiliki tambang emas di sejumlah lokasi, seperti tambang Cikotok yang sudah digarap puluhan tahun.
"Tambang emas Cikotok bahkan merupakan cikal bakal seluruh jenis tambang dalam di Indonesia yang sudah ada sejak zaman Belanda," ujarnya.
Ia menambahkan, pengalaman PT Antam mengelola tambang dalam juga terbukti di Gunung Pongkor, Cibaliung, dan Gosowong.
"Tinggal skalanya saja. Ada tambang yang memang cadangannya besar, ada yang sedang ada yang kecil. Kebetulan cadangan emas Freeport sangat besar, sehingga ada anggapan Antam tidak sanggup mengelolanya," ujarnya.
Padahal, kata dia, masalah kemampuan tergantung teknologi yang digunakan.
"Jangan salah paham. Di Freeport Indonesia itu orang Indonesia mencapai sekitar 90 persen. Jadi jangan disangka kita tidak mampu, banyak putra-putri bangsa yang cakap dalam bidang tambang, hanua soal skala dan pengerjaannya saja," kata dia.
Secara keseluruhan ujarnya, skala antara PT Freeport Indonesia dengan tambang emas PT Antam tidak bisa dibandingkan begitu saja.
"Tergantung cadangan dan lokasinya dimana. Kalau kita menemukan cadangan yang lebih besar lagi tentu kita kerjakan," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016