Denpasar (Antara Bali) - Pedagang terompet mengeluh karena menjelang pergantian tahun 2015 ke 2016 pembeli saat ini tidak semarak dibanding tahun lalu, karena menjelang tahun baru biasanya dagangan sudah menipis.
"Tahun ini nampaknya pembelian terompet menurun drastis. Kalau tahun lalu sejak menjelang hari raya Natal, warga sudah antusias membeli terompet maupun topi terbuat dari kertas warna-warni," kata Anang Ruki, seorang penjual terompet di kawasan Jalan PB Sudirman, Kota Denpasar, Kamis.
Ia menuturkan kemungkinan warga masyarakat ada kemungkinan suatu kejenuhan untuk merayakan pergantian tahun dengan meniup terompet. Namun demikian untuk menggais rezeki dari jual terompet akan tercapai pada menjelang pergantian tahun.
"Mudah-mudahan nanti menjelang pergantian tahun baru barang dagangnya habis terjual. Mudah-mudahan cuaca juga tidak hujan pada malam hari ini," ucapnya.
Anang mengatakan pihaknya membeli kerajinan terompet dari Jawa, selanjutnya menjajakan keliling di kawasan Denpasar. Harga terompet pun beragam, tergantung model dan jenisnya.
"Harganya pun bervariasi, mulai dari Rp10.000 hingga Rp30.000. Itu tergantung jenis dan modelnya. Mulai yang biasa atau standar hingga model sazopon," ujarnya.
Anang lebih lanjut mengatakan keuntungan dari penjualan terompet tidaklah banyak. Karena pembelinya ada penurunan otomatis keuntungan yang di dapat juga sedikit.
"Keuntungan yang di dapat tergantung dari jumlah penjualan. Semakin banyak dapat menjajakan dagangan, maka keuntungan juga banyak," katanya.
Sementara, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Denpasar Ida Bagus Alit Wiradana mengatakan pedagang kaki lima agar tidak melanggar ketertiban umum. Bila mereka melanggar tentu kami akan melakukan tindakan tegas.
"Kami harapkan pedagang kaki lima (terompet) tidak melanggar aturan ketertiban umum Kota Denpasar. Kami minta berjualan di tempat yang aman, tak mengganggu harus lalu lintas dan di tempat yang dilarang," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Tahun ini nampaknya pembelian terompet menurun drastis. Kalau tahun lalu sejak menjelang hari raya Natal, warga sudah antusias membeli terompet maupun topi terbuat dari kertas warna-warni," kata Anang Ruki, seorang penjual terompet di kawasan Jalan PB Sudirman, Kota Denpasar, Kamis.
Ia menuturkan kemungkinan warga masyarakat ada kemungkinan suatu kejenuhan untuk merayakan pergantian tahun dengan meniup terompet. Namun demikian untuk menggais rezeki dari jual terompet akan tercapai pada menjelang pergantian tahun.
"Mudah-mudahan nanti menjelang pergantian tahun baru barang dagangnya habis terjual. Mudah-mudahan cuaca juga tidak hujan pada malam hari ini," ucapnya.
Anang mengatakan pihaknya membeli kerajinan terompet dari Jawa, selanjutnya menjajakan keliling di kawasan Denpasar. Harga terompet pun beragam, tergantung model dan jenisnya.
"Harganya pun bervariasi, mulai dari Rp10.000 hingga Rp30.000. Itu tergantung jenis dan modelnya. Mulai yang biasa atau standar hingga model sazopon," ujarnya.
Anang lebih lanjut mengatakan keuntungan dari penjualan terompet tidaklah banyak. Karena pembelinya ada penurunan otomatis keuntungan yang di dapat juga sedikit.
"Keuntungan yang di dapat tergantung dari jumlah penjualan. Semakin banyak dapat menjajakan dagangan, maka keuntungan juga banyak," katanya.
Sementara, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Denpasar Ida Bagus Alit Wiradana mengatakan pedagang kaki lima agar tidak melanggar ketertiban umum. Bila mereka melanggar tentu kami akan melakukan tindakan tegas.
"Kami harapkan pedagang kaki lima (terompet) tidak melanggar aturan ketertiban umum Kota Denpasar. Kami minta berjualan di tempat yang aman, tak mengganggu harus lalu lintas dan di tempat yang dilarang," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015