Gianyar (Antara Bali) - Maraknya upacara ngaben oleh umat Hindu membuat seniman bade atau tempat mengusung jenazah kebanjiran order di daerah itu.

"Rata-rata dalam sehari kami mendapatkan satu order bade," kata I Wayan Suburyasa, salah seorang seniman bade asal Banjar Peninjoan, Desa/Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali, Jumat.

Ia mengaku rata-rata untuk satu bade, pihaknya menjual mulai dari Rp1,8 juta-Rp7,5 juta.

"Harganya tergantung tinggi bade serta hiasannya," jelas pria yang sudah sejak tahun 1990 menjadi seniman bade.

Sedangkan untuk lembu, singa serta sarana upacara ngaben sebagai satu rangkaian dari bade, kata Subur, dijual dengan harga rata-rata Rp2,5 juta.

"Mahal dan murahnya harga lembu atau simbol binatang lainnya tergantung juga dari tinggi dan variasi hiasannya," ucapnya.

Ia mengaku selain menerima order harian, pihaknya juga menerima order tahunan. "Biasanya kami punya langganan ngaben tahunan," katanya.

Pada ngaben tahunan, jelas Subur, pihaknya bisa membuat ratusan bade serta lembu sebagai salah satu rangkaian upacara ngaben. biasanya order itu, datang dari luar Bali seperti Lombok serta Sulawesi.

"Mereka umumnya mengorder tiga bulan sebelum kegiatan upacara dilangsungkan," ujarnya.

Ia mengatakan, dari 15 karyawan yang bekerja, pihaknya bisa menyelesaikan bade dengan ukuran tinggi 4,5 meter dalam waktu satu setengah hari.

Ia mengaku saat ini sudah banyak umat Hindu membeli sarana upacara ngaben ketika melaksanakan upacara "ngaben".

Karena secara teknis, kata Subur, untuk pembuatan sarana ngaben itu sendiri memerlukan keahlian tersendiri. "Tidak sembarangan, membuat 'bade' itu perlu keahlian tersendiri," ujarnya. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010