Denpasar (Antara Bali) - Perupa asal Bali Nyoman Sujana Kenyem dan pelukis asal Malang Soegiono, menggelar pameran bersama di Galeri Nasional Indonesia Jakarta bertajuk "MindScape" selama sepuluh hari hingga Minggu (21/11).

Pada pembukaan pameran, Kenyem juga akan menampilkan garapan musik hasil kolaborasi dengan penari kontemporer asal Jepang Mireki Jasmine Okubo dan Kadek Sudiasa, demikian penjelasan yang disampaikan kepada ANTARA di Denpasar, Kamis.

Pada pameran yang direncanakan dibuka oleh aktor Anjasmara, Kamis (11/10) malam itu, mereka menyajikan sebuah repertoar yang merespons seni instalasi karya Kenyem berjudul "Tangga Kehidupan".

Seni instalasi Kenyem berupa 15 tangga bambu yang ditempatkan di antara 100 batang bambu yang saling jalin-menjalin menuju suatu titik. Seni instalasi dan musik yang mendayu menyajikan sebuah komposisi yang mengantar Jasmine larut dalam gerakan-gerakan spontan dan bebas lepas.

"Ini sebuah harmoni yang mengajak audiens masuk dalam sebuah proses perjalanan menuju tangga kehidupan," kata Kenyem usai gladi resik persiapan pembukaan pameran.

Menurut dia, kolaborasi dengan Jasmine itu merupakan yang kedua kali setelah sebelumnya tampil bersama saat peluncuran buku biografi rupa di Gaya Artspace Ubud dan pada ajang happenng art Apa Ini Apa Itu, akhir tahun lalu. Mereka berdua saling mengisi dan mendapatkan inspirasi.

Sedangkan bersama Sudiasa, Kenyem pernah bekerjasama saat rekannya itu masih menempuh ujian sarjana di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI). Mereka bertiga sepakat menampilkan pertunjukan terbaik di Galeri Nasional.

Pameran itu menyajikan karya Kenyem dan Soegiono yang sama-sama menggarap tema kehidupan. Kenyem menyelami spirit, filosofi, dan tanda-tanda alam melalui abstrak simbolis, sedangkan Soegiono menyajikannya dalam lukisan realis dan kadang surealis.

Kurator pameran Eddy Soetriyono mengatakan, Kenyem melalui karya periode bambu yang dipamerkan kali ini tetap mengusung persoalan lingkungan. Seperti periode lainnya, yakni daun dan bunga, karya Kenyem menyumbangkan kearifan lokal terkait pandangan terhadap alam.

Dia membuang sekat Barat dan Timur, dekoratif-ekspresif, internasional-lokal, sehingga karyanya bersifat elektik dan hadir sebagai sebuah tambahan alternatif yang baru dan menarik.

Pengamat senirupa Rizky A Zaelani dalam katalog pameran menjelaskan kecenderungan abstraktif yang dilakukan Kenyem itu berkaitan dengan logika kosmologis seni tradisi Bali, yang memahami ihwal representasi tentang realitas hidup dan lingkungan alam sebagai suatu konfigurasi bentuk-bentuk yang bersifat simbolik.

Model itu muncul sebagai manifestasi dari apa yang dihayati, yang berbeda dengan hasil pengamatan sensorik mata secara langung.

Sebagian dari karya yang dipamerkan terinspirasi dari perjalanan yang dilakukan kedua perupa saat melakukan penjelajahan bersama ke kawasan Gunung Bromo dan pendakian ke kawah Gunung Ijen, Jawa Timur.

"Saya berharap kedua perupa seperti asam di gunung dan garam di laut yang bertemu dalam suatu kuali kreativitas dan memiliki masa depan yang baik," kata Soebagio Widjaja dari Fantastic Gallery Surabaya yang mendukung pameran tersebut.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010