Denpasar (Antara Bali) - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Denpasar secara rutin melakukan pemantauan dan evaluasi serta peninjauan ke lapangan, seperti ke pasar tradisional untuk mengetahui harga barang kebutuhan pokok dalam upaya mengatasi terjadinya inflasi di Kota Denpasar.
Menurut Kepala Bagian Pemberitaan Humas dan Protokol Pemkot Denpasar Dewa Gede Rai MSi di Denpasar, Rabu mengatakan kegiatan pemantauan dari TPID dilakukan secara rutin.
"Langkah ini bertujuan memantau harga kebutuhan pokok masyarakat. Bahkan pada kegiatan `High Level Meeting TPID Bali` Sekda Denpasar Anak Agung Rai Iswara menyampaikan perkembangan dan pemantauan yang dilakukan TPID Denpasar," katanya.
Dewa Rai mengatakan Sekda Anak Agung Iswara mengaku dari pantauan yang telah dilakukan Tim TPID Denpasar ke lapangan pada bulan ini memang terjadi kenaikan harga, khususnya daging ayam ras dan cabai rawit kecil.
Pada kesempatan tersebut Agung Iswara mengatakan diharapkan pada bulan November mendatang tidak terjadi inflasi di Denpasar, maka dari itu pihaknya akan melakukan rapat pada awal bulan November 2015. Sehingga dapat jalan keluar dan langkah alternatif untuk menekan terjadinya inflasi harga.
Agung Iswara mengatakan meski adanya inflasi beberapa kebutuhan pokok, namun hasil pertanian Kota Denpasar yakni produksi beras mengalami peningkatan per bulan September, yaitu rata-rata 10 ton per hektare. Hal ini bisa tercapai juga berkat adanya subsidi pupuk serta penerapan teknologi dibidang pertanian .
Sebelumnya, Direktur Bank Indonesia Perwakilan Bali Dewi Setyowati mengatakan sesuai dengan perkiraan Bank Indonesia dan sejalan pola tahunan, tekanan inflasi Provinsi Bali pada September 2015 melandai. Deflasi Provinsi Bali periode ini tercatat sebesar -0,13 persen, sementara deflasi Nasional yaitu sebesar -0,05 persen.
Secara tahunan, inflasi Provinsi Bali tercatat sebesar 6,56 persen dan Nasional tercatat sebesar 6,83 persen. Deflasi ini didorong oleh deflasi pada kelompok bahan makanan dan transportasi.
Ia mengatakan dibandingkan dengan inflasi tahun sebelumnya pada periode yang sama, inflasi Bali pada September 2015 tercatat melandai. Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sebesar -0,22 persen, lebih rendah dibandingkan Nasional sebesar 0,05 persen atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 0,33 persen.
Berdasarkan penyebabnya inflasi didorong oleh peningkatan harga pada kelompok sandang dan kelompok pendidikan mengalami tekanan inflasi cukup tinggi pada bulan sebelumnya, kelompok bahan makanan tercatat mengalami deflasi sebesar -1,26 persen di Denpasar dan inflasi sebesar 0,29 persen di Singaraja.
Seiring dengan melandainya tekanan permintaan pada September 2015, beberapa komoditas yang tercatat mengalami penurunan harga di antaranya adalah angkutan udara, daging ayam ras, cabai rawit, dan bawang merah. Dengan demikian, inflasi kumulatif Bali masih menduduki inflasi kumulatif terendah selama tujuh tahun terakhir sebesar 1,95 persen.
Dewi Setyowati meminta agar Disperindag untuk menjaga kestabilan harga bahan pokok di pasar dan berkoordinasi dengan BPMPD, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, dan Dinas Perikanan. Penyiapan sistem logistik Provinsi Bali mengacu pada PP Nomor 26 tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional.
"Menerapkan sistem resi gudang dalam rangka menjaga ketersediaan bahan pangan. Dengan cara itu inflasi bisa ditekan," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Menurut Kepala Bagian Pemberitaan Humas dan Protokol Pemkot Denpasar Dewa Gede Rai MSi di Denpasar, Rabu mengatakan kegiatan pemantauan dari TPID dilakukan secara rutin.
"Langkah ini bertujuan memantau harga kebutuhan pokok masyarakat. Bahkan pada kegiatan `High Level Meeting TPID Bali` Sekda Denpasar Anak Agung Rai Iswara menyampaikan perkembangan dan pemantauan yang dilakukan TPID Denpasar," katanya.
Dewa Rai mengatakan Sekda Anak Agung Iswara mengaku dari pantauan yang telah dilakukan Tim TPID Denpasar ke lapangan pada bulan ini memang terjadi kenaikan harga, khususnya daging ayam ras dan cabai rawit kecil.
Pada kesempatan tersebut Agung Iswara mengatakan diharapkan pada bulan November mendatang tidak terjadi inflasi di Denpasar, maka dari itu pihaknya akan melakukan rapat pada awal bulan November 2015. Sehingga dapat jalan keluar dan langkah alternatif untuk menekan terjadinya inflasi harga.
Agung Iswara mengatakan meski adanya inflasi beberapa kebutuhan pokok, namun hasil pertanian Kota Denpasar yakni produksi beras mengalami peningkatan per bulan September, yaitu rata-rata 10 ton per hektare. Hal ini bisa tercapai juga berkat adanya subsidi pupuk serta penerapan teknologi dibidang pertanian .
Sebelumnya, Direktur Bank Indonesia Perwakilan Bali Dewi Setyowati mengatakan sesuai dengan perkiraan Bank Indonesia dan sejalan pola tahunan, tekanan inflasi Provinsi Bali pada September 2015 melandai. Deflasi Provinsi Bali periode ini tercatat sebesar -0,13 persen, sementara deflasi Nasional yaitu sebesar -0,05 persen.
Secara tahunan, inflasi Provinsi Bali tercatat sebesar 6,56 persen dan Nasional tercatat sebesar 6,83 persen. Deflasi ini didorong oleh deflasi pada kelompok bahan makanan dan transportasi.
Ia mengatakan dibandingkan dengan inflasi tahun sebelumnya pada periode yang sama, inflasi Bali pada September 2015 tercatat melandai. Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sebesar -0,22 persen, lebih rendah dibandingkan Nasional sebesar 0,05 persen atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 0,33 persen.
Berdasarkan penyebabnya inflasi didorong oleh peningkatan harga pada kelompok sandang dan kelompok pendidikan mengalami tekanan inflasi cukup tinggi pada bulan sebelumnya, kelompok bahan makanan tercatat mengalami deflasi sebesar -1,26 persen di Denpasar dan inflasi sebesar 0,29 persen di Singaraja.
Seiring dengan melandainya tekanan permintaan pada September 2015, beberapa komoditas yang tercatat mengalami penurunan harga di antaranya adalah angkutan udara, daging ayam ras, cabai rawit, dan bawang merah. Dengan demikian, inflasi kumulatif Bali masih menduduki inflasi kumulatif terendah selama tujuh tahun terakhir sebesar 1,95 persen.
Dewi Setyowati meminta agar Disperindag untuk menjaga kestabilan harga bahan pokok di pasar dan berkoordinasi dengan BPMPD, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, dan Dinas Perikanan. Penyiapan sistem logistik Provinsi Bali mengacu pada PP Nomor 26 tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional.
"Menerapkan sistem resi gudang dalam rangka menjaga ketersediaan bahan pangan. Dengan cara itu inflasi bisa ditekan," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015