Semarapura (Antara Bali)- Masyarakat pesisir di Nusa Lembongan, sebuah pulau yang terpisah dengan daratan Bali, secara administratif masuk wilayah Kabupaten Klungkung mengembangkan usaha budidaya rumput laut.

"Pengembangan rumput laut menjadi andalan dan tumpuan harapan masyarakat, belakangan ini harganya semakin merosot," kata Ketua Kelompok Petani Rumput Laut Lembongan, Nusa Penida, Wayan Suwarbawa, Senin.

Ia mengatakan, harga rumput laut untuk jenis Catoni sebesar Rp 4.500 per kilogram. Sementara untuk sekali panen per petak petani bisa menghasilkan 200 kg rumput laut kondisi kering. per petak itu luasnya sekitar satu are (100 meter persegi).

"Harga rumput laut ditentukan oleh kondisi pasar, meskipun pemerintah telah berupaya membantu petani agar menikmati harga yang baik," ujar Suwarbawa.

Harga rumput laut semakin anjlok, sementara harga kebutuhan bahan pokok (sembako) yakni beras semakin mahal.

"Hasil dari menjual rumput laut petani setempat tidak memadai untuk untuk dibelikan beras," ujar Suwarbawa.

Kondisi tersebut menyebabkan sejumlah petani rumput laut beralih menjadi buruh bangunan, karena upahnya cukup memadai, minimal mampu memenuhi kebutuhan bahan pokok.

"Petani rumput laut kebanyakan beralih menjadi buruh bangunan pembangunan proyek hotel dengan imbalan Rp100.000 Rp125.000 per orang per hari," ujarnya.

Di Pulau Nusa Lembongan awalnya terdapat sekitar 1.056 kepala keluarga (KK) petani rumput laut. Jumlah itu kini terus berkurang akibat harga komoditas rumput laut yang terus merosot.

Hingga saat ini di Nusa Lembongan terdapat 14 kelompok petani rumput laut. Sementara anggota bervariasi 20-25 Kk per kelompok. (WDY)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015