Bandung (Antara Bali) - Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PTSA) Lapan
terus mengembangkan sistem peringatan dini untuk memprediksi terjadinya
cuaca ekstrem yang dikenal dengan nama "Sadewa" (Satellite Disaster
Early Warning System).
"Lapan berencana membuat sistem verifikasi dan validasi yang real time dan otomatis sehingga bisa dipantau terus menerus akurasinya, Sadewa terus dikembangan," kata Kepala Bidang Pemodelan Atmosfer Didi Satiadi di Bandung, Selasa.
Ia menyebutkan proyek itu dimulai sejak 2012, pengembangan verifikasi dan validasi terhadap hasil prediksi terus-menerus dilakukan oleh PTSA Lapan.
Selain itu, Sadewa juga akan terus dikembangkan dan ditingkatkan agar bisa menghasilkan informasi prediksi dari satu hari ke depan menjadi tiga hari ke depan dengan resolusi yang tetap tinggi dan dilaporkan setiap jam.
Pasalnya menurut dia Sadewa saat ini baru mampu memprediksi kondisi cuaca hingga 24 jam ke depan di Indonesia dengan resolusi ruang yang tinggi yaitu lima kilometer setiap jam. Melalui Sadewa, masyarakat dapat mengetahui prediksi hujan, angin, temperatur, dan uap air hingga 24 jam ke depan.
Didi mengharapkan Sadewa dapat tersosialisasikan kepada masyarakat karena sistem peringatan dini ini sangat membantu mewaspadai terjadinya cuaca ekstrem yang akhir-akhir ini sering terjadi melalui laman sadewa.sains.lapan.go.id.
Selain itu dirinya menambahkan Sadewa juga dapat menjadi alat pembelajaran yang membantu para guru di sekolah untuk menjelaskan kepada siswa mengenai dinamika cuaca dari waktu ke waktu.
Peneliti PSTA Lapan Dadang Subarna dalam materi Sistem Peringatan Dini Sadewa menjelaskan Sadewa dapat memberikan gambaran kondisi awan melalui Satelit MTSAT, termasuk di dalamnya awan Cb dan awan yang berpotensi hujan, setiap satu jam. Demikian juga dengan peralatan AWS (Automatic Weather Station) yang dimiliki oleh Lapan. Secara otomatis, kondisi cuaca seperti hujan, angin, kelembaban, dan suhu dapat terus menerus diamati setiap 15 menit sekali.
"Sistem yang dikembangkan di dalam Sadewa memadukan antara sistem pengamatan yang real time secara terus menerus menggunakan satelit dan AWS serta sistem prediksi menggunakan model prediksi cuaca numerik," kata Dadang. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Lapan berencana membuat sistem verifikasi dan validasi yang real time dan otomatis sehingga bisa dipantau terus menerus akurasinya, Sadewa terus dikembangan," kata Kepala Bidang Pemodelan Atmosfer Didi Satiadi di Bandung, Selasa.
Ia menyebutkan proyek itu dimulai sejak 2012, pengembangan verifikasi dan validasi terhadap hasil prediksi terus-menerus dilakukan oleh PTSA Lapan.
Selain itu, Sadewa juga akan terus dikembangkan dan ditingkatkan agar bisa menghasilkan informasi prediksi dari satu hari ke depan menjadi tiga hari ke depan dengan resolusi yang tetap tinggi dan dilaporkan setiap jam.
Pasalnya menurut dia Sadewa saat ini baru mampu memprediksi kondisi cuaca hingga 24 jam ke depan di Indonesia dengan resolusi ruang yang tinggi yaitu lima kilometer setiap jam. Melalui Sadewa, masyarakat dapat mengetahui prediksi hujan, angin, temperatur, dan uap air hingga 24 jam ke depan.
Didi mengharapkan Sadewa dapat tersosialisasikan kepada masyarakat karena sistem peringatan dini ini sangat membantu mewaspadai terjadinya cuaca ekstrem yang akhir-akhir ini sering terjadi melalui laman sadewa.sains.lapan.go.id.
Selain itu dirinya menambahkan Sadewa juga dapat menjadi alat pembelajaran yang membantu para guru di sekolah untuk menjelaskan kepada siswa mengenai dinamika cuaca dari waktu ke waktu.
Peneliti PSTA Lapan Dadang Subarna dalam materi Sistem Peringatan Dini Sadewa menjelaskan Sadewa dapat memberikan gambaran kondisi awan melalui Satelit MTSAT, termasuk di dalamnya awan Cb dan awan yang berpotensi hujan, setiap satu jam. Demikian juga dengan peralatan AWS (Automatic Weather Station) yang dimiliki oleh Lapan. Secara otomatis, kondisi cuaca seperti hujan, angin, kelembaban, dan suhu dapat terus menerus diamati setiap 15 menit sekali.
"Sistem yang dikembangkan di dalam Sadewa memadukan antara sistem pengamatan yang real time secara terus menerus menggunakan satelit dan AWS serta sistem prediksi menggunakan model prediksi cuaca numerik," kata Dadang. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015