Bangli (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengingatkan agar pengurus Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) tidak bertindak seperti rentenir yang menerapkan bunga tinggi kepada peminjamnya.

"Jadi seharusnya dana hibah kepada Bumdes dimanfaatkan guna meningkatkan perekonomian rumah tangga miskin, karena keberhasilan BUMDes terletak pada meningkatnya perekonomian dan menurunnya tingkat kemiskinan di masing-masing desa," kata Gubernur Pastika saat meninjau salah satu BUMDes di Desa Susut, Kabupaten Bangli, Sabtu.

Menurut dia, jika memungkinkan dana Bumdes dipinjamkan tanpa bunga, tetapi karena ada pegawai Bumdes yang perlu digaji dan untuk mengikat peminjam, maka tetap dikenakan bunga namun harus kecil sehingga tidak memberatkan.

Terkait peminjam yang memanfaatkan pinjamannya guna beternak, Pastika meminta untuk diberikan tenggang waktu sehingga peminjam bisa membayar saat ternaknya sudah dijual.

"Nah di sini peranan pendamping, perlu sering-sering ke lapangan untuk mengadakan peninjauan ke lokasi untuk mengetahui apa benar pinjamannya dibelikan ternak apa tidak. Jangan sampai dipakai yang tidak-tidak, apa lagi dipakai berjudi. Jika sudah dibelikan ternak pendamping harus tahu, kalau dibelikan induk perempuan berarti saat beranak sudah ditagih, kalau penggemukan berarti saat dijual nagihnya," ujar Pastika.

Para pendamping BUMDes juga diminta harus tahu dan mengerti program-program Pemprov Bali sehingga bisa mengintegrasikan satu program dengan proram lain, misalnya program-program pelatihan dari Dinas Tenaga Kerja bisa dimanfaatkan guna peningkatan keterampilan RTM yang menjadi nasabah BUMDes.

"Pendamping harus kreatif, pintar dan rajin. Harus tahu program Pemprov, sehingga bisa mencari peluang-peluang baru. Misalnya RTM bisa dilatih keterampilan menjahit, itu tinggal mengajukan permohonan ke Disnaker," ucapnya.

Sementara itu, Ketua BUMDes Desa Susut Kaja, Putu Novianti menyatakan dari dana yang dikelolanya sebesar Rp800 juta sudah dikelola untuk simpan pinjam "Silih Asih" sebesar Rp275,5 juta, toko "Yadnya" sebesar Rp115 juta, usaha fotokopi Rp57,5 juta dan usaha sewa tenda sebesar Rp58 juta.

Terkait simpan pinjam, ia menjelaskan para peminjam terdiri dari kelompok dan perorangan, yang memanfaatkan pinjamannya guna beternak, pengrajin maupun berdagang.

Setahun dirinya memimpin BUMDes tersebut baru 91 RTM yang tertangani dari 242 RTM. Ia mengakui ada sedikit kendala terkait calon peminjam yang rata-rata sudah tua dan kurangnya kemampuan membayar, sehingga pinjaman yang beredar tidak bisa sepenuhnya.

Pada kesempatan itu, Pastika juga meninjau BUMDes lainnya yakni BUMDes Tri Komalaguna di Desa Demulih, Bangli. I Nengah Muliarta, Ketua BUMDes tersebut menyatakan usaha yang dikelolanya sudah termasuk sukses mengentaskan kemiskinan karena dari total 184 RTM di desanya sudah sekitar 143 RTM tertangani.

Sedangkan dari dana BUMDes sebesar Rp800 juta, menurutnya dikelola dalam bentuk usaha simpan pinjam baik kelompok maupun sebesar Rp740 juta dan usaha toko sebesar Rp60 juta.

Dari kedua usaha tersebut, per-September 2015 sudah bisa mengumpulkan keuntungan sekitar Rp26 juta lebih. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015