Jakarta (Antara Bali) - Dewan Pengurus Pusat (DPP) Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) menggelar Musyawarah Nasional (Munas) VIII di Jakarta, 16 hingga 18 September.

Munas yang bertajuk "Iwapi 40 Tahun Bertekad dan Berjuang Mengubah Tantangan MEA/AEC Menjadi Peluang" tersebut dihadiri 1.500 perempuan pengusaha dari seluruh Indonesia tersebut dibuka oleh Menteri Perindustrian, Saleh Husin.

"Pada Munas kali ini, kami akan mengevaluasi program kerja lima tahun terakhir dan merancang strategi program kerja lima tahun ke depan. Penyempurnaan AD/ART pun akan menjadi bahasan kami di dalam Munas VIII ini," ujar Ketua Umum DPP Iwapi, Nita Yudi, saat membuka Munas VIII di Jakarta, Rabu.

Munas tersebut mempunyai beberapa agenda seperti evaluasi program kerja dan merancang program kerja mendatang, serta pembahasan penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) IWAPI.

Juga, pemilihan Ketua Umum DPP Iwapi periode 2015-2020. Meskipun demikian, sampai saat ini hanya ada calon tunggal yakni Nita Yudi. Agenda menarik lainnya seperti seminar dengan narasumber para menteri dan pengusaha.

Menurutnya, saat ini perempuan pengusaha banyak yang bergerak di bidang kuliner, garmen, fashion, handicraft, kosmetik, spa, dan sebagainya. "Pelaku usaha mikro di Indonesia saat ini juga didominasi perempuan," jelas dia.

Dalam kesempatan tersebut, Nita juga meminta agar bunga KUR turun menjadi enam persen. Saat ini, suku bunga KUR sedianya baru saja diturunkan pemerintah dari 22 persen menjadi 12 persen. "Pemerintah sudah menurunkan KUR dari 22 persen jadi 12 persen. Tapi kami masih protes, karena di Thailand kredit untuk UKM perempuan itu hanya 2,2 persen," terang dia.

Oleh karena itu, lanjut Nita, suku bunga 12 persen yang diberikan pemerintah masih belum cukup kompetitif dibanding negara lain di lingkungan ASEAN. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Indriani

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015