Hampir setiap hari belasan pesawat berbadan lebar mendarat di Bandara Ngurah Rai Bali membawa puluhan ribu penumpang untuk berlibur di daerah tujuan wisata Pulau Dewata.

Kondisi itu jelas membawa dampak positif terhadap pembangunan dan ekonomi Bali, sekaligus mengangkat taraf hidup masyarakat setempat. Namun di sisi lain menyebabkan tingkat inflasi yang cukup tinggi, di samping menimbulkan beban lingkungan.

Bali menerima kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 2.253.195 orang selama tujuh bulan periode Januari-Juli 2015, meningkat 10 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 2.089.216 orang.

Kondisi demikian jelas berpengaruh terhadap harga kebutuhan pokok masyarakat setempat, terutama di pusat-pusat pariwisata Pulau Dewata, tutur Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panasunan Siregar.

BPS maupun Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali sama-sama mencatat bahwa tekanan inflasi di Pulau Dewata pada periode Januari-Agustus 2015 masih terkendali dan dinilai merupakan inflasi terendah selama tujuh tahun terakhir.

"Akumulasi inflasi Bali masih cukup rendah, tercatat sebesar 2,08 persen atau masih tercatat sebagai angka inflasi akumulasi Januari-Agustus (ytd) terendah selama tujuh tahun terakhir," kata Wakil Ketua TPID Bali, Dewi Setyowati yang juga menjabat Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali.

Tekanan inflasi pasca-Lebaran yang bersamaan dengan Hari Raya Galungan dan Kuningan bagi umat Hindu di Bali kembali mereda pada Agustus 2015 hanya sebesar 0,31 persen atau secara tahunan tercatat mengalami inflasi sebesar 7,05 persen (yoy).

Pengukuran inflasi dilakukan secara spasial di dua kota sampel penghitungan yakni di kota Denpasar dan Singaraja yang menunjukkan inflasi relatif rendah untuk kedua kota tersebut.

Inflasi kota Denpasar sebesar 0,34 persen pada Agustus 2015 lebih rendah dibanding tingkat nasional yang mencapai 0,39 persen pada bulan yang sama. Inflasi itu menurut Panasunan Siregar dipicu oleh meningkatnya harga yang ditunjukkan oleh indeks pada enam kelompok pengeluaran antara lain pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 1,71 persen.

Demikian juga kelompok bahan makanan meningkat 1,27 persen, kelompok kesehatan 0,73 persen, kelompok sandang 0,61 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,04 persen serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,03 persen.

Sementara inflasi di Kota Singaraja, sebesar 0,20 persen pada Agustus 2015 dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 127,84 yang sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi pasca-Hari Raya Idul Fitri dan dimulainya tahun ajaran baru.

Dibayangi Erupsi

Perekonomian Bali selama semester I-2015 tumbuh cukup signifikan yakni sebesar 6,12 persen melampaui rata-rata ekonomi tingkat nasional pada semester yang sama tercatat 4,7 persen.

Namun ekonomi Bali itu jika dibandingkan dengan semester yang sama tahun sebelumnya tumbuh melambat, karena semester I-2014 ekonomi Pulau Dewata tumbuh 6,38 persen.

Bank Indonesia memperkirakan, optimisme membaiknya perekonomian Bali pada triwulan mendatang masih dihadapkan pada sejumlah tantangan, salah satunya bersumber dari erupsi Gunung Raung yang terjadi sejak pertengahan Juli 2015.

"Abu vulkanik hasil letusan Gunung Raung yang ada di Jawa Timur menyebabkan terganggunya rute penerbangan di daerah sekitarnya, termasuk di Provinsi Bali," tutur Kepala Perwakilan Bank Indonesia Bali, Dewi Setyowati.

Dalam kajian ekonomi regional Provinsi Bali itu dilaporkan bahwa, penutupan bandara akibat erupsi Gunung Raung mulai dilakukan pada 9 Juli 2015, pukul 22.30 Wita dan berlangsung selama tiga hari hingga 12 Juli 2015.

Penutupan bandara menyusul dilakukan pada 22 Juli 2015 pukul 13.00 Wita - 23 Juli 2015 pukul 06.00 Wita. Penutupan Bandara I Gusti Ngurah Rai telah menyebabkan pembatalan 414 penerbangan dengan penumpang mencapai 39.715 orang.

Penutupan Bandara Ngurah Rai pada 9 Juli 2015 menyebabkan delapan penerbangan domestik dibatalkan dengan jumlah penumpang 1.200 orang serta 31 rute penerbangan internasional dengan jumlah penumpang 4.650 orang.

Mengingat Bali sebagai daerah kunjungan wisatawan mancanegara, maka bertebarannya abu vulkanik tersebut menimbulkan dampak kerugian ekonomi yang cukup besar, khususnya terkait industri penerbangan dan dunia perpelancongan di Pulau Dewata.

Diperoleh informasi bahwa salah satu maskapai penerbangan nasional mengalami kerugian sebesar Rp5 miliar akibat pembatalan 70 penerbangan pada tanggal 10 - 11 Juli 2015 dari dan ke Bali.

Maskapai lainnya menyatakan kerugian akibat erupsi Gunung Raung mencapai Rp8 miliar, seiring pembatalan 200 penerbangan sejak 10 Juli sampai 22 Juli 2015.

Kerugian tersebut bersumber dari refund tiket penumpang serta biaya akomodasi dan kompensasi penumpang akibat penundaan dan pembatalan penerbangan. Angkasa Pura kehilangan pendapatan potensial sebesar Rp4 miliar per hari (untuk penutupan 1 hari penuh).

Demikian pula pembatalan dan "reschedule" penerbangan tersebut menyebabkan menurunnya jumlah kunjungan wisman serta tertahannya pertumbuhan kinerja industri pariwisata yang direpresentasikan oleh lapangan usaha penyediaan akomodasi, makan, dan minum.

Berdasarkan hasil survei dan liaison, beberapa hotel mengkonfirmasikan kerugian yang cukup signifikan. Salah satu hotel mengemukakan terdapat pembatalan 400 pemesanan kamar hotel dengan komposisi 10 persen wisatawan domestik dan 90 persen wisatawan mancanegara.

Hotel lain yang tamunya didominasi oleh wisatawan asal Australia menginformasikan terjadi penurunan pendapatan sebesar Rp400 juta akibat pembatalan yang dilakukan oleh tamu yang telah melakukan pemesanan kamar, ujar Dewi Setyowati. (APP)

Pewarta:

Editor : Adi Purnama Putra


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015