Denpasar (Antara Bali)--Gubernur Bali Made Mangku Pastika mendukung dan mengapresiasi pelaksanaan Mahasabha IV Pasemetonan Shri Nararya Kreshna Kepakisan, karena mahasabha dinilai sebagai wahana evaluasi program, kinerja kepengurusan, serta konsolidasi internal dalam membuat ikatan kekerabatan pasemetonan.

Melalui mahasabha Gubernur berharap seluruh jajaran pasemetonan tetap melakukan evaluasi peran dan fungsi masing-masing demi pembinaan umat, khususnya pasemetonan, dan krama Bali secara menyeluruh.

Demikian disampaikannya dalam sambutan yang dibacakan oleh Wagub Ketut Sudikerta saat menghadiri Mahasabha IV Pasemetonan Pratisentana Shri Nararya Kreshna Kepakisan di Br. Dukuh, Nyuhaya, Gelgel, Klungkung, Minggu (30/8).

 Keberadaan pasemetonan ini sebagai salah satu komunitas tradisional-spiritual yang ada di Bali, menurut Gubernur telah memberikan sumbangsih yang besar bagi pembangunan kemasyarakatan. Tetapi sejalan dengan tantangan kehidupan dan kemasyarakatan, program dan kinerja pengurus serta permasalahan pasemetonan dan umat, menurut Gubernur juga perlu di evaluasi.

Lebih jauh Gubernur berharap pasemetonan ini semakin membuka diri, dan menyatu dengan umat hindu secara menyeluruh. Anggota pasemetonan juga diharapkan peka terhadap permasalahan sosial umat dan masyarakat Bali, dengan mengimplementasikan filosofi menyama braya ke dalam program pasemetonan,

Hal ini menurutnya bisa diwujudkan melalui program membantu keluarga pasemetonan yang kurang mampu, tidak hanya dalam hal yadnya tetapi juga sosial-ekonomi.

Hal senada disampaikan Wagub Ketut Sudikerta, yang mengharapkan filosofi menyama braya terus ditingkatkan oleh pasemetonan guna meningkatkan kesejahteraan anggota dan umatnya, disamping peranan dari Pemerintah. Karena dengan saling membantu, dinilai Wagub akan bisa memperingan beban yang akan ditanggung oleh keluarga/umat yang kurang mampu.

Membantu menurutnya tidak hanya dalam bentuk uang, bisa juga dengan pemikiran-pemikiran, tenaga ataupun barang yang di miliki pun bisa di sumbangkan. Membantu sesama dijelaskan Wagub juga sebagai satu bentuk yadnya, disamping yadnya dalam bentuk upacara.

"Bagi yang mampu banyak-banyaklah membantu sesama yang kurang mampu sebagai tabungan yadnya, kalau uang kita taruh dibawah bantal bisa habis, tetapi kalau tabungan yadnya rejeki anda akan berlipat-lipat," ujar Wagub.

Yadnya dalam bentuk upacara pun menurut Wagub tidak seharusnya berlebihan dan dilakukan secara besar-besaran, karena sarana upacara yang sesuai dengan sastra dan ajaran Hindulah yang diharapkannya harus tetap dilestarikan.

Pasemetonan-pasemetonan yang ada di Bali juga diharapkan tidak hidup terkotak-kotak sesuai pasemetonannya, tetapi lebih memperkuat posisi Bali kedepannya.

Kehadirannya ataupun Gubernur selaku pemerintah pada acara-acara sosial keagamaan merupakan bentuk program ajeg budaya Bali, guna memberikan motivasi dan melestarikan agama, budaya, dan kesenian Bali, yang tidak hanya dalam bentuk bantuan dana tetapi juga dalam bentuk dharma wacana.

Ketua Panitia Mahasabha, Gusti Agung Ngurah Widiatra melaporkan bahwa mahasabha IV akan dihadiri oleh 150 orang yang terdiri dari pengurus pusat, pengurus sabha penglingsir, pengurus sabha/kerta, pengurus kabupaten/kota, undangan, dan peninjau unsur dadya.

Mahasabha menurutnya terdiri dari 3 tahapan yakni sidang pleno, sidang komisi, dan sidang paripurna, yang akan membahas pertanggungjawaban pengurus pusat masa jabatan 2010-2015, program kerja, AD/ART dan keuangan, serta pemilihan ketua umum masa jabatan 2015-2020.

Dengan pelaksananaan mahasabha ia juga berharap semakin mempererat hubungan diantara anggota pasemetonan.Pasemetonan-pasemetonan yang ada di Bali juga diharapkan tidak hidup terkotak-kotak sesuai pasemetonannya, tetapi lebih memperkuat posisi Bali kedepannya.  (WDY)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015