Denpasar (Antara Bali) - Kebijakan dalam pengembangan industri manufaktur perlu menekankan pada upaya menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia serta mengantisipasi perubahan lingkungan yang cepat.

"Persaingan internasional merupakan suatu persepektif baru bagi semua negara sehingga fokus dan strategis pembangunan industri di masa depan adalah membangun daya saing industri manufaktur yang berkelanjutan," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panasunan Siregar di Denpasar, Sabtu.

Ia mengatakan, industri manufaktur besar dan sedang menjadi hal yang sangat strategis dan kondisi di Bali menunjukkan terjadinya peningkatan yang cukup signifikan.

Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang di Bali selama triwulan II-2015 sebesar 6,46 persen.

"Pertumbuhan itu sangat positif, dibandingkan triwulan I-2015 yang saat itu mengalami kontraksi sebesar minus 5,14 persen," ujar Panasunan Siregar.

Pertumbuhan hasil kerajinan industri manufaktur mikro dan kecil yang cukup signifikan itu berkat sangat diminati wisatawan mancanegara maupun nusantara yang banyak membeli cinderamata itu seusai menikmati liburan di Pulau Dewata.

Larisnya produk IMK disamping menembus pasaran ekspor memberikan dampak positif terhadap meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi daerah.

Semakin membaiknya kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali mampu memberikan dampak positif terhadap pengembangan industri manurfaktur mikro dan kecil (IMK) serta mendorong usaha kreatif lainnya.

Bali menerima kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 1,91 juta orang selama semester I-2015, meningkat 10,84 persen dibanding semester yang sama tahun sebelumnya tercatat 1,72 juta orang.

Dengan demikian target yang ditetapkan Pemprov Bali sebanyak empat juta orang wisman selama tahun 2015 optimis dapat tercapai, ujar Panusunan Siregar.  (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015